Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Perpecahan Partai Demokrat dan Catatan Buruk dalam Perpolitikan Indonesia

Diperbarui: 6 Maret 2021   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moeldoko menyampaikan pidato perdana saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). Berdasarkan hasil KLB, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025.

KOMPAS.com - Perpecahan Partai Demokrat tak terelakkan setelah Kongres Luar Biasa (KLB) digelar oleh pihak kontra-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Deli Serdang, Jumat (5/3/2021).

Dalam KLB itu, peserta kongres memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Artinya, partai berlambang bintang Mercy tersebut kini memiliki dua kepengurusan, yaitu di bawah AHY dan Moeldoko.

Baca juga: Mengenal KLB Demokrat dan Beragam Aturannya...

Pengamat politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Wijayanto mengatakan, konflik yang menimpa Partai Demokrat bukan hal baru di masa pemerintahan Jokowi.

Sebab, Partai Golkar dan PPP juga sebelumnya mengalami hal yang sama dan berakhir serupa, yaitu kemenangan bagi kubu yang dekat dengan kekuasaan.

"Kubu Aburizal yang kontra pemerintah kemudian muncul kubu Agung Laksono, lalu dua-duanya dibiarkan berkonflik, tapi akhirnya mereka dipertemukan. Kemudian muncul Airlangga Hartarto sebagai pemimpin baru," kata Wijayanto kepada Kompas.com, Sabtu (6/3/2021).

"Tapi kita tahu, Airlangga itu dekat dengan kekuasaan, sama halnya dengan kasus PPP di mana Romahurmuziy juga mengalami hal yang sama," tambahnya.

Baca juga: Selain Demokrat, Berikut Deretan Partai Politik yang Pernah Terpecah

Preseden buruk

Menurutnya, dua peristiwa itu merupakan preseden buruk bagi demokrasi. Sebab, beberapa riset menemukan adanya intervensi istana dengan memenangkan orang-orang yang mendukung pemerintah.

Namun, konflik yang terjadi pada Partai Demokrat ini lebih ekstrem dari sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline