BAGHOUZ, KOMPAS.com - Awalnya, dia adalah penghasut terkemuka Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan menyerukan di media sosial agar darah orang Amerika Serikat (AS) tertumpah.
Kini, perempuan bernama Hoda Muthana merasa menyesal telah berkecimpung bersama ISIS, dan memohon agar diizinkan pulang ke AS.
Hoda membeberkan penyesalannya itu dalam wawancara dengan The Guardian dari kamp pengungsi al-Hawl yang berlokasi di utara Suriah.
Baca juga: Rusia Terima Kembali Anak-anak Anggota ISIS
Dilansir Minggu (17/2/2019), Hoda mengatakan dia sudah salah memahami imannya. Dia dan teman-temannya mengira sudah menjalankan Islam ketika menyelaraskan diri dengan ISIS.
"Pada dasarnya, kami berada dalam masa ketidaktahuan. Saya mengira sudah menjalankan perbuatan yang benar di jalan Tuhan," ujar dia.
Hoda yang dikaruniai putra berusia 18 bulan itu merupakan satu-satunya warga AS di kamp berisi 1.500 perempuan dan anak-anak anggota asing ISIS.
Dia memulai kisahnya dengan menjelaskan dia merencanakan gabung dengan ISIS tanpa sepengetahuan keluarganya. Dia kabur ke Turki pada November 2014.
Dia bermukim Raqqa yang merupakan salah satu dari dua ibu kota kekhalifahan ISIS. Di sana, dia menikah dengan anggota asal Australia bernama Suhan Rahman.
Suaminya itu terbunuh di Kobani. Dengan marah, Hoda menulis kicauan di Twitter berisi seruan agar darah orang Amerika ditumpahkan.
"Bangunlah pria dan perempuan semuanya! Kalian sudah cukup lama hidup di bayang musuh terbesar kita. Bunuh mereka," ujar Hoda.