Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

PVMBG Amati Adanya Kemungkinan Lubang Kawah Baru di Anak Krakatau

Diperbarui: 27 Desember 2018   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asap hitam menyembur saat terjadi letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Banten, Senin (10/12/2018). Berdasarkan data yang terekam di Pos Pengamatan GAK di Pasauran, Serang, sejak Jumat (7/12) hingga Minggu (9/12) GAK mengeluarkan 204 letusan awan hitam setinggi 150-300 meter dengan durasi 31-72 detik diiringi 22 kali gempa vulkanik sehingga statusnya masih pada level wasada. ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki/af/hp.

BANDUNG, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menduga ada lubang kawah membesar hingga lubang kawah baru di Gunung Anak Krakatau pasca-penetapan status Gunung Anak Krakatau menjadi Siaga level III.

Sekretaris Badan Geologi A Ratdomopurbo menjelaskan, gunung setinggi 338 meter dari permukaan laut ini memasuki fase erupsi sejak Juli 2018.

Aktivitas berupa letusan lontaran lava pijar (strombolian) dan juga aliran lava pijar pun terjadi. Aliran lava dominan mengarah ke tenggara.

Sejak tanggal 22 Desember teramati adanya letusan tipe surtseyan, yaitu aliran lava atau magma yang keluar kontak dengan air.

"Hal ini berarti bahwa debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar, kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (27/12/2018).

Bahkan pada tanggal 22 Desember, gempa juga sempat terjadi pada pukul 20.55 WIB, tercatat dalam skala kecil di Stasiun Seismik Sertung dan juga Stasiun Seismik Gunung Gede, puncak Cianjur. "Gempa ini diperkirakan di kompleks Krakatau," katanya.

Baca juga: Krakatau Siaga Level III, Warga Diimbau Waspada Tsunami Susulan

Pada pukul 21.03 WIB, alat seismik di Gunung Anak Krakatau mati. Pihaknya menduga matinya alat tersebut karena terkena letusan, sehingga pemantauan selanjutnya menggunakan stasiun Seismik Sertung.

"Dari citra Satelit diketahui bahwa lereng barat daya longsor (flank collapse) dan masuk ke laut. Data seismik tidak menunjukkan adanya gejala kenaikan energi seismik sebelum kejadian longsor," katanya.

Menurutnya, sejak tanggal 22 Desember pagi sampai saat ini, letusan berlangsung tanpa jeda. Gelegar letusan pun terdengar beberapa kali per menit.

"Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung terus-menerus, yaitu berupa letusan strombolian disertai aliran lava pijar dan awan panas," tuturnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline