Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Dana Asing Kabur dari Pasar Modal, Apa Penyebabnya?

Diperbarui: 17 Desember 2018   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (21/5/2018).

JAKARTA, KOMPAS.com - Arus dana asing masih akan keluar dan masuk pasar saham Indonesia dengan cukup deras. Gelagatnya sudah terlihat sejak beberpa waktu terakhir ini.

Pekan lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan aksi jual saham oleh asing cukup besar. Tercatat jual bersih (nett sell) asing pada periode perdagangan sepekan lalu mencapai Rp 2,31 triliun.

Di pasar reguler masih mendominasi aksi jual oleh asing sebanyak Rp 1,65 triliun. Di pasar negosiasi dan pasar tunai aksi jual asing hanya sebesar Rp 653,33 miliar.

Beberapa faktor jadi penyebab, misalnya, fund manager yang mulai berbenah.

Baca juga: Kekayaan Migas Nasional Dikuasai Asing, Benarkah?

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International, Harry Su mengatakan, beberapa fund manager sedang berbenah sebelum menutup buku akhir tahun 2018. Lebih lanjut menurut dia, peluang investasi saham masuk ada di 2019, investor bisa melihat saham yang lebih rendah risiko dan likuiditas yang cukup tinggi.

“Ini sebagai mekanisme pertahanan terhadap peningkatan volatilitas di pasar. Sektor konsumer bisa jadi pilihan,” ujar Harry seperti dilansir Kontan.co.id, Senin (16/12/2018).

Menurut dia, arus asing untuk keluar ataupun masuk ini masih akan terjadi cukup deras hingga April 2019.

Jika melihat data RTI pada penutupan perdagangan akhir pekan kemarin, tercatat 5 saham yang paling banyak ditinggalkan asing yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Sementara itu Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, beberapa sentimen mempengaruhi pergerakan asing menjadi cukup dinamis, terutama dari sentimen global. Rilis data global menunjukan perlambatan, akibat dari perang dagang hingga permasalahan di Eropa.

“Pelemahan rupiah juga jadi faktor,” ujar Reza.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline