TOKYO, KOMPAS.com - Jurnalis Jepang yang baru saja dibebaskan setelah lebih dari tiga tahun disekap kelompok ekstremis di Suriah menggambarkan masa-masa itu sebagai "neraka".
Jumpei Yasuda dibebaskan awal pekan ini dan dibawa ke Turki. Di sana, pemerintah Jepang memastikan identitasnya sebelum mengumumkan pembebasannya pada Rabu (24/10/2018).
Pada Kamis (25/102018), Jumpei terbang ke Tokyo dan sebelumnya dia sempat sejenak melayani wawancara dengan media Jepang.
"(Rasanya) Seperti neraka. Tak hanya fisik tetapi juga mental. Pikiran bahwa saya tak akan pernah bebas sedikit demi sedikit membuat saya kehilangan kontrol," ujar Jumpei.
Baca juga: Kelompok Militan Suriah Diyakini Bebaskan Jurnalis Jepang
Jumpei berbicara amat tenang meski terlihat lelah. Secara umum dia dalam kondisi sehat.
"Selama sekitar 40 bulan, saya tak berbicara bahasa Jepang sama sekali. Sekarang saya kesulitan menemukan kata-kata," tambah dia.
"Saya senang bisa pulang ke Jepang. Di saat yang sama, saya tak tahu apa yang akan terjadi sekarang dan bagaimana saya menjalani ini. Saya tak tahu harus bagaimana," kata dia.
Jumpei meyakini dia disekap di Idlib, sebuah provinsi di wilayah barat laut Suriah, yang merupakan daerah terakhir yang tidak dikuasai pemerintah Suriah.
Jumpei diculik di Suriah pada Juni 2015 dan dikabarkan disekap kelompok yang dulu dikenal dengan nama Front Al-Nusra, yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Namun, kelompok yang kini bernama Hayat Tahrir al-Sham awal pekan ini membantah terlibat dalam penculikan sang jurnalis.