Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Mengapa Gempa Lombok Bisa Bermagnitudo Besar?

Diperbarui: 7 Agustus 2018   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). Gempa bumi bermagnitudo 7 mengguncang Lombok, Minggu (5/8/2018) malam.

KOMPAS.com - Ahli geofisika Paul Caruso dari Survei geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan, dua gempa besar yang mengguncang Lombok dalam waktu hanya sepekan disebabkan oleh tabrakan dua lempeng tektonik.

Menurutnya, pusat kedua gempa bumi terjadi di sepanjang patahan dan ada dua lempeng tektonik bertabrakan, di mana salah satu lempeng menimpa lempeng yang lain.

"Di daerah ini (Lombok) ada zona subduksi, di mana salah satu lempeng berada di bawah lempeng lain dan terjadi tabrakan," kata Paul kepada Live Science, dilansir Senin (6/8/2018).

"Lempeng Australia bergerak ke bawah lempeng Sunda dan lempeng Australia bergerak ke utara saat ada di bawah lempeng Sunda," imbuhnya.

Baca juga: Gempa Lombok: Seberapa Besar Potensi Bencana di Indonesia?

Ia menuturkan, kawasan Indonesia yang dilingkari Cincin Api Pasifik atau poros potensi bencana, membuat Indonesia rawan gempa bumi dan gunung berapi.

Cincin api digambarkan berbentuk tapal kuda yang garis imajinernya mengikuti tepi Samudera Pasifik dan mengikuti kawasan dengan lempeng tektonik bertabrakan.

Gambaran Cincin Api Pasifik yang melingkari Indonesia


Selain Indonesia, kawasan lain yang memiliki zona subduksi adalah lepas pantai Washington, Kanada, Alaska, Rusia, dan Jepang.

Diberitakan Kompas.com pada 2011, wilayah Indonesia terletak di tiga lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Hindia Australia.

Jika terjadi interaksi antara lempeng, maka proses tersebut akan menyebabkan gempa bumi.

Baca juga: Potensi Tsunami Gempa Lombok, Ini Pelajaran Mitigasi yang Bisa Diambil

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline