BLORA, KOMPAS.com - Soesilo Toer (81) harusnya bahagia bisa kembali ke Tanah Air dengan gelar doktor dan harta yang bergelimang. Tetapi hidup berkata lain.
Dia ditangkap sesaat setelah menginjakkan kaki di bandara di Tanah Air dan dipenjara sekitar enam tahun lamanya. Gara-gara dituding antek komunis dan terlibat PKI. Apalagi, dia adalah adik kandung dari Pramoedya Ananta Toer yang sudah terlebih dahulu dipenjara karena tudingan yang sama.
Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)
Hidupnya hancur. Sulit sekali mendapat pekerjaan di Tanah Air dengan stigma PKI.
Kepahitan hidup lalu membuatnya memutuskan kembali ke kampung halamannya di Blora, Jawa Tengah. Dan dengan kesadaran, memilih menjadi pemulung barang bekas yang masih bernilai jual.
Baca juga: Kisah Soesilo Toer Dituding PKI, Jadi Pemulung Lalu Bangun Perpustakaan untuk Sang Kakak (2)
Baca juga: Kisah Soesilo Toer Mengenang Pramoedya Ananta Toer, Cinta Tanah Air dan Islam Tulen (3)
Baca juga: Kisah Pramoedya Ananta Toer Sempat Lupa pada Adik Sendiri setelah 13 Tahun Dipenjara (4)
Di sinilah, di rumah di Jalan Sumbawa Nomor 40, Kelurahan Jetis, Blora, inilah, pria yang kerap disapa Soes itu menghabiskan waktu bersama istri dan anak semata wayangnya, Benee Santoso.
Rumah itu merupakan saksi bisu kehidupan Toer bersaudara semasa kecil. Mereka sembilan bersaudara, termasuk Pramoedya Ananta Toer, kakak sulung Soes.