Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Mengenal Bekantan, Primata Asli Borneo yang Sedang Melawan Kepunahan

Diperbarui: 6 Desember 2017   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bekantan (Nasalis larvatus)


JAKARTA, KOMPAS.com -– Penurunan populasi bekantan (Nasalis larvatus) semakin mengkhawatirkan. Alih fungsi lahan, perburuan liar, dan kebakaran hutan merupakan beberapa penyebab primata endemik Borneo ini perlu segera mendapatkan konservasi.

Tak semua kalangan sadar bekantan masuk sebagai salah satu hewan yang dilindungi. Sebagian orang mungkin mengenalnya sebatas maskot tempat rekreasi di Jakarta.

Pada Maret 2016 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan bekantan sebagai bagian dari 25 hewan yang harus ditingkatkan populasinya.

Bahkan, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menempatkan bekantan sebagai spesies langka.

 Lalu, berdasarkan the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), bekantan masuk dalam appendix I atau spesies yang terancam punah.

Baca juga : Mengenal Rangkong Gading, Sang Petani Hutan Sejati

Hindia Belanda juga mengeluarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar pada Tahun 1931 untuk melindungi bekantan.

Penilaian populasi dan kelangsungan habitat (PHVA) pada 2004, memperkirakan jumlah bekantan sebanyak 25.000 individu. Kini, jumlahnya diperkirakan telah menurun drastis.

“Setelah kebakaran hutan 2014, ada sekitar 2.500 individu yang berada di dalam kawasan konservasi. Lalu, di luar kawasan konservasi masih tanda tanya besar karena belum survei,” kata peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Hadi Sukadi Alikodra, dalam acara bedah buku Bekantan: Perjuangan Melawan Kepunahan di Kompleks Kemenristekdikti, Selasa (6/12/2017).

Hadi mengatakan, pakan bekantan adalah dedaunan pada pohon berkanopi tinggi. Pohon jenis ini juga digunakan untuk bersosialisasi dan tidur kala malam. Kerusakan pohon akibat kebakaran hutan membuat bekantan terpaksa menghabiskan waktunya di daratan yang meningkatakan risiko ancaman predator.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline