KompasProperti –Langkah tegas dikeluarkan SMRT selaku operator mass rapid transit (MRT) Singapura. Jajaran eksekutif segera dirombak sebagai pertanggungjawaban kejadian lumpuhnya layanan akibat banjir.
Sebagai informasi, layanan MRT Singapura terhenti setidaknya 20 jam pada akhir pekan lalu. Hal itu disebabkan kereta tak dapat melintas akibat jalur terowongan digenangi air. Peristiwa tersebut dipandang memalukan dan termasuk yang terburuk dalam sejarah MRT Singapura.
Baca: Terowongan Banjir, MRT Singapura Lumpuh 20 Jam
Sebagaimana dilaporkan Straits Times, Kamis (12/10/2017), SMRT telah resmi memberhentikan Ng Tek Poo dari jabatannya selaku eksekutif bidang perawatan MRT. Posisi Poo akan diambil alih oleh Siu Yow Wee.
Ng Tek Poo juga diketahui merupakan saksi kunci dalam penyelidikan publik setelah dua gangguan parah MRT Singapura pada 2011.
Hasil penyelidikan akhirnya disimpulkan bahwa kurang baiknya pemeliharaan merupakan faktor utama dalam dua gangguan parah kala itu.
Selain pemberhentian eksekutif, SMRT juga mengumumkan bahwa pihaknya berupaya memperkuat tim perawatan fasilitas MRT pasca kejadian akhir pekan lalu.
Lumpuhnya pelayanan MRT akibat banjir memang cukup menyedot perhatian publik negeri singa. Muncul polemik mengapa hal tersebut dapat terjadi dan apakah mungkin hal serupa terulang di masa depan.
Terlebih lagi, lokasi banjir antara Stasiun Bishan dan Braddell merupakan 2 dari 35 stasiun MRT bawah tanah Singapura dengan sistem perlindungan banjir sejak 2012.
Awal 2017 ini, Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) telah mengklaim bahwa "dengan selesainya pekerjaan itu (di 35 stasiun), semua proyek MRT saat ini dan yang akan datang, akan memenuhi persyaratan perlindungan banjir”.
Dalam pernyataan resminya pada Minggu (8/10/2017), LTA mengatakan dalam keadaan normal, limpasan air hujan semestinya dapat tersedot oleh sistem pompa yang ada.