BATANG, KompasProperti - Rest area atau tempat istirahat di ruas -ruas tol operasional dan darurat, terlihat demikian padat, dan ramai.
Tak hanya ramai oleh pemudik yang ingin melepas penat dan lelah selepas menempuh perjalanan panjang, melainkan juga para pedagang. Mulai dari pedagang makanan, oleh-oleh, souvenir, hingga pakaian.
Contohnya di ruas Tol Darurat Brebes Timur-Pemalang-Batang. Lazimnya rest area di jalan bebas hambatan, tersedia fasilitas beristirahat, beribadah, mini market, BBM mini mobile, dan pos kemanan.
Namun, sejak tol darurat tersebut difungsikan, rest area-rest area ini tak ubahnya pasar serba ada. Riuh oleh transaksi antar-pemudik dan pedagang, gemuruh oleh interaksi sosial, gelak, tawa, cengkerama, dan guyub.
Menariknya, tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com dan Otomania.com tak hanya mendapati pedagang dengan satu jenis produk, melainkan beraneka ragam.
Mulai dari pedagang oleh-oleh khas Pemalang-Batang, souvenir, obat-obatan, makanan instan, hingga pakaian dan batik khas Pekalongan.
"Cukup membantu, serba ada ya di sini mau makan banyak, beli oleh-oleh juga ada. Tapi kalau udah ujan jadi berlumpur," ujar Aldi, pemudik asal Banten kepada Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com dan Otomania.com, Kamis (22/6/2017).
Sementara itu para pedagang sendiri telah menempati rest area tol darurat sejak H-5 Lebaran. Warga yang berjualan berasal dari Batang, Pekalongan, hingga Brebes. Mereka menyewa lahan untuk menjajakan dagangan sekaligus sebagai tempat tinggal sementara.
"Saya buka mulai pagi, sampe sehabisnya aja. Biasanya abis buka puasa langsung ludes, baru tutup bisa istirahat," jelas Purwanto, salah pedagang Tauto khas Pekalongan.
Hal yang sama juga terjadi di rest area Gringsing, Kabupaten Kendal. Berbagai dagangan tersedia. Pemudik dimanjakan dengan segala barang dan produk yang tersedia.
Ada baju batik, makanan khas daerah, makanan instan, parfum, pembalut, tukang pijat, bahkan minuman isi ulang pun ada. Omzet mereka bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per hari.