Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Kampung Melayu, Saksi Bisu Perubahan Moda Transportasi Jakarta

Diperbarui: 25 Mei 2017   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antrian angkutan mikrolet memenuhi Terminal Kampung Melayu sampai menutupi jalur Transjakarta. Kondisi padatnya angkutan umum ini diakibatkan sepinya penumpang di bulan puasa. Kamis (3/7/2014).

Jakarta, KompasOtomotif – Kampung Melayu, lokasi yang akrab di telinga warga Jakarta, terlebih bagi yang suka naik transportasi umum. Kini lokasi yang menjadi saksi perubahan moda transportasi Ibu Kota itu kembali mencuat namanya akibat bom bunuh diri yang meledak Rabu, (24/5/2017) malam.

Buat sebagian orang lokasi ini mungkin tanpa info yang menarik. Tapi pasca-bom Kampung Melayu, jadi lebih diperhatikan.

Buat yang sering lewat, pastilah paham bahwa inilah salah satu titik sentral perpindahan trayek (terminal terpadu) berbagai angkutan publik, mulai dari metromini, mikrolet, sampai yang termuda hasil gagasan Pemprov DKI, yakni Transjkarta.

Kampung Melayu juga menjadi titik berkumpulnya kendaraan roda tiga yang biasa disebut bajaj, atau ojek (juga ojek online) untuk mengantarkan penumpang ”estafet” menuju titik pemberhentian akhir.

Lokasinya yang strategis sebagai penghubung Timur Jakarta dan kawasan-kawasan lain di Ibu Kota membuat terminal ini masih punya denyut nadi. Meski, kesibukannya kini tak lebih dari sekadar angkot atau mikrolet yang ngetem karena sepi penumpang.

Tergerus Zaman
Ya, zaman memang berubah. Kampung Melayu kini bisa dibilang layu, tak seperti dulu. Aktivitasnya lebih sepi, toh kalaupun ramai, cuma karena mikrolet dan metromini yang ngetem dan menyebabkan kemacetan panjang.

Tapi, jika Kampung Melayu bisa bicara dan ditanya, mungkin dia akan menceritakan banyak pengalaman. Sejak zaman kolonial, tempat ini sudah dimanfaatkan sebagai pemberhentian bus-bus dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, meski belum disebut terminal.

Oplet yang menjadi salah satu moda transportasi publik di Jakarta, kerap lewat Kampung Melayu sebagai tempat singgah.

Lalu pada era 1950-an, warga Jakarta juga dimanja dengan kereta dalam kota atau dikenal dengan sebutan trem. Alat transportasi umum yang punya rel khusus membelah jantung kota itu berpadu dengan ”oplet” atau mikrolet zaman dulu yang populer sejak 1940-1960-an di Jakarta.

Keduanya akrab mondar-mandir di kawasan Kampung Melayu, dan menjadi moda transportasi andalan saat itu. Mobil yg digunakan sebagai oplet adalah sedan Morris atau Austrin produksi Inggris. Karena itulah, orang Jakarta kerap menyebut oplet dengan ”Ostin”.

Setelah berdiri terminal Kampung Melayu, keberadaan oplet lebih mendapat tempat. Trayek-trayek lain juga ada di beberapa wilayah Jakarta mulai mendatangi tempat ini. Kampung Melayu pun masih setia menjadi saksi perubahan, hingga akhrinya zaman berganti lagi.

Pada era 1970-an, mikrolet makin sering lewat Kampung Melayu, begitu juga dengan mulai trennya bus medium macam Kopaja, Metromini, bahkan Koantas Bima, juga bus-bus besar. Terminal ini beralih melayani angkutan umum yang makin modern.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline