Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Masa Sulit Kaum Miskin Pedesaan Filipina di Era Duterte

Diperbarui: 24 Maret 2017   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, tebu lokal di Filipina tidak bisa bersaing dengan sirup jagung impor dan industri mulai mengurangi pekerjanya.

 

EFREN Cornessa adalah orang paling lembut yang akan pernah Anda temui selama hidup.
Lelaki 61 tahun yang selalu tersenyum dan tabah ini sedang menjalani proses penyembuhan dari sakitnya.

Penyakit tekanan darah tinggi yang dideritanya telah memaksa dia untuk tidak bekerja terlalu lama di bawah terik sinar matahari. Kini Efren hanya mampu bekerja menyapu jalanan Kota Talisay yang terletak di Pulau Negros, Filipina, setiap hari dari jam 4-6 pagi.

Talisay (dikenal dengan nama resmi “Talisay Negros Occidental”) merupakan bagian dari wilayah metropolitan Metro Bacolod.

Ketika saya bertemu Efren pertama kalinya pada November tahun lalu, dia masih menjalankan usaha warung yang terletak di depan rumahnya. Sekali dalam beberapa hari, dia pergi berbelanja stok barang-barang jualannya dari pasar grosir lokal.

Dia menceritakan dengan gembira kisah hidupnya sebagai buruh sambil menuntun kami mengitari jalanan kota di Bacolod.

Pulau Negros dikenal sebagai sentra gula. Pemandangan pulau diwarnai perkebunan tebu yang sangat luas. Pada musim panen, truk-truk besar melewati jalanan mengangkut hasil panen ke pabrik-pabrik.

Pada masa panen di Filipina, truk dengan muatan berlebihan membawa potongan tebu yang masih segar ke pabrik.

Reformasi lahan atau setidaknya kegagalan reformasi lahan telah menjadi karakter kehidupan di pinggiran kota Pulau Negros. Kepemilikan lahan yang luas masih mendominasi daerah luar kota ini.

Pada zaman dahulu, ratusan jika bukan ribuan buruh tani bekerja di sawah-sawah luas ini. Sebagian bekerja sebagai buruh tetap meski mayoritas hanya bekerja sementara dan dikenal sebagai “sacadas”. Namun, hari-hari kejayaan itu telah berlalu.

Tebu lokal tidak dapat bersaing dengan sirup jagung yang diimpor dari negara lain. Industri tebu juga telah mengurangi pekerjanya. Banyak dari pekerja tersebut menemui kesulitan untuk mendapat pekerjaan lain.


Setelah Duterte terpilih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline