Lihat ke Halaman Asli

Kompas.com

TERVERIFIKASI

Kompas.com

Inilah Alasan Ary Yogeswary Tulis Surat untuk Selingkuhan Suami

Diperbarui: 16 Maret 2017   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel


KOMPAS.com --Ary Yogeswary tidak menyangka bahwa tulisannya yang berjudul Halo Selingkuhan Suami Saya akan dibaca oleh lebih dari satu juta orang. Dia lebih terkejut lagi ketika melihat solidaritas di antara para pembacanya.

Lewat pesan elektronik yang diterima oleh Kompas.com,Jumat (10/3/2017), Ary bercerita mengenai lika-liku kehidupannya dan alasannya menulis artikel tersebut.

Wanita lulusan Universitas Trisakti ini pertama kali bertemu dengan mantan suami ketika pria tersebut bekerja selama seminggu di Jakarta. Mereka langsung cocok dan menjalin hubungan jarak jauh sebelum Ary berangkat ke Amerika Serikat untuk menyusulnya.

Namun, ternyata perbedaan budaya dan tantangan-tantangan lainnya membuat hubungan mereka renggang. Sang suami pun lebih banyak menghabiskan waktu dengan komunitas onlineuntuk musik Indonesia.

Di komunitas inilah, sang suami bertemu dengan selingkuhan yang menjadi tokoh utama dalam tulisan tersebut.

Ary berkata bahwa pada awalnya dia telah menahan diri untuk tidak menulis artikel tersebut karena khawatir bila disalahartikan menjadi dia masih sakit hati atau mantan suami dan selingkuhannya menjadi bulan-bulanan publik.

Namun, sebuah telepon dari anak tirinya yang merasa kangen dengan Ary mendorongnya untuk menulis artikel mengenai apa yang sebenarnya terjadi saat ada perselingkuhan.

“Kita biasanya hanya mendengar dari satu sisi dan bila kita di posisi pasangan selingkuh, kita tidak tahu yang sebenarnya terjadi dengan pasangan asli. Inilah kenapa saya menulisnya seperti itu, agar pembaca mengerti apa yang sebenarnya terjadi di balik kata 'selingkuh',” tulisnya.

Walaupun proses penulisan artikel tersebut hanya memakan waktu dua jam, tetapi Ary telah memeramkannya sejak enam bulan setelah bercerai.

“Karena sudah diperam sejak lama, (jadi) saat saya menulisnya, saya seperti menonton film saja. Saya melihat kejadian-kejadian tersebut di kepala saya, tetapi saya sudah tidak terlalu terikat secara emosi dengan kejadian-kejadian tersebut,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline