Lihat ke Halaman Asli

Abdul Salam Atjo

Penyuluh Perikanan

Mengerdilkan Bandeng Agar Cepat Panen

Diperbarui: 20 Februari 2019   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa Penen 3-4 kali setahun (berita.baca.co.id)

Ikan bandeng (Chanos-chanos) masih menjadi komoditas andalan pembudidaya tambak di kabupaten Pinrang. Sejak udang windu banyak dilanda masalah maka beruntunglah petambak masih bisa panen bandeng. Selama ini bandeng dibudidayakan oleh petambak Pinrang secara polikultur dengan udang windu. Banyak pembudidaya masih bertahan di usaha tambak karena ditopang oleh ikan bandeng.

Sejak dahulu bandeng sudah menjadi ikan peliharaan di tambak air payau. Selain tidak mudah terserang penyakit, cara budidayanya pun tidak sulit. Teknologi budidaya bandeng  selama ini dilakukan tradisional secara turun-temurun. Hal inilah yang menyebabkan produksi belum meningkat secara signifikan.

Sejak pertengahan tahun 2018, kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Cempae desa Waetuoe kecamatan Lanrisang mencoba budidaya bandeng teknologi tradisional plus dengan penerapan teknik stunting (pengerdilan). Teknik stunting atau menkerdilkan ikan bandeng sebelum dibudidayakan di tambak pembesaran merupakan teknik lama namun baru sebagian kecil petembak yang menerapkan. Padahal cara ini sangat menguntungkan pembudidaya. Selain produksi meningkat, waktu budidaya yang digunakan juga singkat. Sehingga dalam setahu petambak bisa melakukan panen 3-4 kali.

Penentuan lokasi dalam budidaya bandeng merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya. Dalam memilih lokasi tambak paling tidak mudah dijangkau pasang surut air laut, bebas dari banjir dan tanah untuk pematang tambak tidak mudah bocor. Dalam rancang bangun tambak minimal ada satu petak pendederan dan satu petak pembesaran. Petak pendederan atau penggelondongan inilah yang digunakan untuk mengerdilkan pertumbuhan nener bandeng sebelum dipindah masuk ke petak pembesaran.   Pada lahan tambak percontohan di Pokdakan Cempae memiliki luas petak penggelondongan sekitar 1.500 m ditebar 10.000 ekor nener langsung dari hatchery (pembenihan).

Mempersiapkan lahan tambak sebelum ditebar nener bandeng seperti hal yang sudah biasa dilakukan petambak pada umumnya." Lebih dahulu kita lakukan pengeringan dasar tambak agar dapat melepas gas beracun dan mematikan hama," kata Waris, petambak bandeng di des Waetuoe. Selama masa pengeringan yang berlansung sekitar 15-20 hari juga dilakukan perbaikan pematang dan pintu air tambak dari bocoran. Yang paling penting dalam mempersiapkan petak tambak adalah pemupukan dasar untuk menumbuhkan makanan alami seperti lumut, klekap dan plankton. "Sambil mempersiapkan petak pembesaran yang luasnya sekitar 1 hektare, proses penggelondongan sudah berjalan. Ketika makanan alami sudah tumbuh maka gelondongan bandeng sudah dapat dipindahkan," kata Waris.

Untuk menyuburkan makanan alami di tamabak dipupuk dengan Urea, SP36 dan petroganik.Pada pemupukan dasar digunakan dosis 200 kg urea, 100 kg SP36 dan 300 kg petroganik. Ketiga jenis pupuk tersebut dicampur rata kemudian disebar dibagian dasar pelataran tambak. Pemupukan dasar dilakukan pada kondisi dasar tambak berair setinggi mata kaki lalu dibiarkan mengering sebelum dilakukan pemasukan air kembali.  Hal ini dimaksdukan agar proses tumbuh klekap berjalan cepat.

Siklus pertama tambak ujicoba budidaya bandeng teknik stunting ditebar 3.200 ekor gelondongan bandeng yang berasal dari petak pendederan. Setelah dipelihara sekitar 60 hari bisa menghasilkan panen bandeng sekitar 825 kilogram. Selama masa pemeliharaan yang selalu dipertahankan adalah kualitas air dan pertumbuhan makanan alami berupa plankton dan lumut. Memasuki bulan kedua jelang panen dipacu pertumbuhan dengan memberikan makanan tambahan berupa pellet sebanyak 30 kilogram perhari.

Setelah panen, petakan tambak  langsung dikeringkan dan persiapan untuk siklus kedua. Seperti hal dengan siklus pertama persiapan tambak meliputi peneringan, perbaikan bocoran pematang dan pintu air tambak, pemberantasan hama dan penumbuhan makanan alami. Penebaran anakan bandeng dari petak pentokolan sebanyak 3.000 ekor  pada tanggal 19 Desember 2018. Anakan bandeng tersebut berukuran panjang 7-10 cm namun kerdil. "Kerdil karena selama di petak penggelondongan makanannya tidak mencukupi, begitu di lepas di petakan tambak yang lebih luas dan padat makamanan alami maka otomatis rakus makannya," kata Waris.

Itulah sebabnya, anakan bandeng yang dikerdilkan pertumbuhannya di patakan tambak yang luasnya terbatas setelah dipindah di petakan luas dan padat makanan alami maka pertumbuhan drastis dan cepat panen. Tambak percontohan yang ditebar pada 19 Desember 2018 sudah panen pada 19 Pebruari 2019 kemarin. Hasilnya mencapai sekitar 700 kilogram. Kini petambak sedang melakukan persiapan lahan untuk siklus ketiga kalinya. Jadi dalam setahun petambak dapat melakukan budidaya  sebaanyak 3-4 siklus dalam setahun. Setiap siklus petambak dapat peroleh omset sekitar 10-15 juta. Bila dibanding dengan cara biasa petambak hanya dapat sekitar 5-7 juta per panen atau 4-6 bulan sekali panen.

Abdul Salam Atjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline