Chuang termenung. Ia baru saja menerima telpon dari sahabatnya, Rusli. Tentang seorang pria yang mirip wajahnya dan juga bernama Chuang yang baru saja datang ke tokonya. Dengan panik, si Rusli meminta Chuang untuk segera ke sana. Hanya agar kawannya itu tahu jika ia tidak berbohong. Selain itu biar semuanya jelas, apakah Chuang memang memiliki kembaran di dunia ini?
Chuang bukannya tidak percaya kepada omongan sahabatnya itu. Ia sebenarnya sangat penarasaran. Tapi, di sisi lain ia juga ketakutan. Tersebab ia sangat yakin, seseorang akan meninggal dalam tujuh hari bilamana bertemu langsung dengan kembarannya. Dalam arti, pergi ke toko Rusli sama dengan bunuh diri. Akan tetapi, rasa penasaran pun bisa membunuh.
Akhirnya, setelah menimbang-nimbang segala risiko dan keuntungan, Chuang pun mengambil motornya. Ia segera melaju menuju toko si Rusli yang berjarak satu kilometer dari rumahnya.
Tidak terlalu lama bagi Chuang untuk sampai ke rumah toko yang ramai pengunjung itu. Tidak terlalu sulit juga mencari tempat parkir, karena ia tahu tempat rahasia untuk parkir motor. Sebuah lorong buntu kecil di samping ruko, jalan alternatif bagi keluarga Rusli untuk keluar masuk saat toko sudah tutup.
Bergegas, ia setengah berlari menuju ke dalam toko untuk mencari sahabatnya. Namun, sebelum ia sempat menginjakkan kakinya di pintu masuk, ia berpapasan dengan sosok itu!
Sosok yang mirip wajahnya. Begitu pula bentuk tubuhnya. Untungnya si Chuang palsu itu tidak melihatnya. Ia asyik berbicara telpon tanpa menengok ke kiri dan kanan. Sontak, Chuang langsung lemas. Bagaimana tidak, lelaki yang ia lihat itu benar-benar menyerupai dirinya. Doppelgaenger itu nyata.
Artinya usianya sisa tujuh hari lagi.
"Nah. Kamu sudah percaya aku kan?" Tepukan Rusli di bahunya membuat Chuang terlompat kaget. Ia memandang wajah Rusli yang terlihat sumrigah.
"Kok loyo sih. Kan benar apa kata gua." Chuang masih belum berbicara dan membuat sahabatnya itu khwatir. "Kamu baik-baik saja kan, Bro?"
Chuang tidak membalas. Sebaliknya, ia langsung melongsor pergi ke warung kopi di samping toko. Rusli yang masih penasaran akan sikap sahabatnya itu mengikuti langkah Chuang.