Teh sudah ditemukan oleh bangsa China sejak ribuan tahun lalu. Tidak heran jika teh china (Chinese tea) sudah menjadi salah satu penjenamaan dunia.
Teh bagi orang Tionghoa juga merupakan bagian dari budaya. Pada pesta pernikahan ada upacara te-pai. Sebuah penghormatan tertinggi kepada orangtua dan keluarga yang dituakan. Bermakna sebagai ucapan terima kasih atas segala jasa yang telah diterima oleh kedua mempelai.
Di film-film silat, seringkali kita melihat seorang master Kungfu mengharuskan murid-muridnya untuk menuangkan teh. Prosesi itu semacam komitmen tidak tertulis bahwa si murid bersedia menerima pengajaran gurunya.
Dan masih banyak lagi....
Saat berkunjung ke China, toko yang menjual aneka macam teh menjadi tempat yang tidak bisa terlewatkan. Jenisnya banyak, semuanya harum dan segar. Harganya pun bervariasi. Dari yang tidak memberatkan dompet hingga batas maksimal kartu kredit.
Berhati-hatilah jangan sampai kalap. Karena jika tidak maka ratusan hingga ribuan Yuan akan melayang dengan cepat. Sebabnya teh memang menarik.
Sejatinya, teh di zaman china kuno bukanlah minuman melainkan obat. Lalu kemudian berevolusi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya China.
Teh yang diketahui berusia paling tua adalah teh hijau. Ia dibuat dari pucuk baru daun teh dan dikeringkan. Tidak banyak proses campur tangan teknologi dalam pembuatannya.
Setelah itu teknik fermentasi ditemukan. Teh hitam (teh merah) menjadi produk pertama dari hasil fermentasi tersebut. Daun teh melalui beberapa tahapan. Sebelum dikeringkan, harus dilayukan dan diuleni. Nama china dari jenis ini adalah Teh Pu'er.
Lalu muncullah beberapa varian dari hasil fermentasi. Seperti teh oolong yang populer di restoran-restoran china. Pengelohannya memadukan antara teknik tradisional dan fermentasi. Menghasilkan citarasa yang lebih kuat dari teh hijau namun tidak sekental teh merah.