Siang ini saya berkunjung ke sebuah bank BUMN di bilangan kota Makassar. Saya memarkir mobil di pinggir jalan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari bank tersebut.
Saat turun dari mobil, sekilas saya melihat seorang juru parkir. Usianya sudah renta, namun badannya masih kekar. Dari wajahnya, saya bisa menebak jika ia adalah seseorang yang berasal dari Timur Indonesia.
Setelah menyelesaikan segala urusan di bank, saya berjalan kembali menuju mobil. Dari kejauhan saya bisa melihat Daeng Bahar, supir pribadiku sedang berbicara dengan si bapak juru parkir itu.
Ketika kami sudah berada di mobil, Daeng Bahar buru-buru berkata kepadaku. "Itu si P..., dia yang bunuh satu keluarga di jalan Karunrung, Makassar."
Tentu saja saya tidak lupa dengan kejadian pada 1995 silam itu. Bisa dikatakan, peristiwa tersebut termasuk salah satu kasus yang paling tragis di zamannya. Achmadi sekeluarga mati dibantai oleh empat orang tidak dikenal di dalam rumahnya sendiri. Dan salah satunya baru saja berpapasan denganku.
Saya lalu bertanya kepada Daeng Bahar, darimana ia mengenal si P? Menurut Bahar, sebelum bekerja denganku, ia cukup sering nongkrong di pelabuhan untuk kerja serabutan.
Di sanalah Daeng Bahar mengenal P. Salah satu buruh pelabuhan yang cukup aktif. Lalu ketika kejadian nahas pada 12 Mei 1995, si P menghilang entah kemana. Sekitar sebulan kemudian barulah terdengar kabar jika si P dan kawan-kawannya yang menjadi eksekutor pembunuhan keluarga Achmadi.
Motif sebenarnya adalah urusan harta dan warisan keluarga. Si P dan kawan-kawannya hanyalah orang suruhan.
Daeng Bahar kembali melanjutkan. Konon si P ini yang paling terkenal. "Soalnya dia yang paling sadis, bos," imbuhnya.
Menurut Daeng Bahar, perintah yang mereka dapatkan hanya membunuh Achmadi saja. Tapi, si P ini yang mengambil inisiatif. Katanya agar jejak mereka tidak ketahuan. Seluruh keluarga pun akhirnya dihabisi.