Janganlah rahangmu jatuh hingga tubuhmu berpeluh. Penghuni gang sapi emang begitu.
Hanya ada dua jenis manusia di sana. Yang tidak pernah serius menanggapi hidup, dan yang kedunguannya tingkat akut. Dan, hanya satu orang saja yang pantas menyandang predikat kedua ini, dan ialah Acek Rudy.
Acek Rudy sendiri adalah panggilan kehormatan buat dirinya. Itu bukan nama asli. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di Kompasiana, dirinya telah menggunakan nama yang tertera di KTP.
Sayangnya, sewaktu ayah-ibunya memproduksi dirinya, tak sekali pun mereka menyangka jika anaknya akan menjadi Kompasianer. Nama yang disematkan kepadanya, ternyata adalah nama pasaran.
Ketika kamu, kamu, dan kamu mencari nama Rudy Gunawan di gugle, maka top search akan mengarahkan kamu ke situs esek-esek, siapgrak.com dan cuprit.com.
Selebihnya adalah nama kepala daerah, pemain badminton, tukang gebuk ala bebas, sampai muncikari. Kecewalah dirinya.
Lantas sekitar setahun lalu, si Kompasianer ini tetiba merasa tua. Itu karena sejawatnya di gang sapi sendiri sudah dipanggil Engkong.
Antara bimbang dan ragu, ia lantas memilih sebuah nama panggilan bagi dirinya. Jadilah Acek Rudy. Panggilan yang tidak terlalu tua macam Engkong, tapi cukup dewasa untuk menonton film dewasa.
Acek sendiri adalah panggilan orang Tionghoa yang berarti Om, Paman, tapi bukan Tante.
Tahukah apakah itu, Om? Ia adalah saudara lelaki bapakmu. Berasal dari saluran produksi yang sama denganmu, hanya saja kualitasnya lebih berkelas. Paham!