Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Utang Indonesia, Belajar dari Kebangkrutan Sri Lanka

Diperbarui: 16 April 2022   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi utang negara terus naik. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Saya baru saja bertemu kawan lama yang pulang kampung dari Jakarta. Mengundangnya makan siang, lanjut dengan ngopi hingga petang.

Sebagaimana biasanya, nostalgia masa lalu tidak saja mengisi pembicaraan. Tapi, juga tentang isu teranyar. Kondisi ekonomi, politik, hingga masa depan bangsa.

Entah mengapa, saya merasa tidak terlalu nyaman pada saat kami berbincang mengenai utang pemerintah. Jelas, bukan dalam kapasitas saya untuk membedahnya.

Cakupannya terlalu luas, membutuhkan pendapat ekonom dan pejabat pemerintah.

Ketegangan bersambung hingga ke kondisi Srilanka. IMF mencatat jika negara tersebut gagal membayar utang. Totalnya sekitar 51 miliar dollar AS. Atau setara 732 triliun rupiah.

Untungnya, perbincangan diiring santai. Menggeser kekhwatiran dengan perbincangan ringan.

"Katakanlah kamu hanya berutang 2 miliar saat kamu berbisnis. Tapi, setelah bisnis dilanjutkan anakmu, tidak sampai 10 tahun, utangnya membengkak hingga 7 miliar."

Mencengangkan, iya!

Bukan rahasia lagi, kawan saya ini merujuk kepada komposisi utang pemerintah era SBY dan Jokowi. Sebagai perbandingan, masa berakhirnya pemerintahan SBY 2014 lalu, utang negara sebesar 2.608,78 triliun. Saat ini utang pemerintahan Jokowi sudah mencapai 7.014,58 triliun.

Melihat angka-angka fantastis tersebut, tentu saja ada perasaan was-was. Apa yang akan terjadi dengan negara ini? Apakah rakyat nanti akan ikut menanggung beban utang pemerintah? Apalagi ada contoh di Sri Lanka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline