Era 1980-an adalah masa dimana mobil eropa pertama kali dikenal luas. Sebelumnya, Mercy, Volvo, dan BMW identik dengan kendaraan dinas pejabat dan milik pengusaha besar di kawasan perkotaan. Paling tidak, itu yang ada dalam benakku.
Namun, sejak fim Catatan si Boy (1987) meledak, kepemilkan mobil mewah menjadi sebuah fenomena baru tersendiri.
Bukan lagi sebagai alat transportasi, tapi lebih banyak buat dipamer. Buatan Eropa tentu berada pada level teratas, namun merek-merek lainnya juga tidak kalah mentereng.
Minggu sore, di sepanjang pantai Losari, kota Makassar, mobil warna-warni akan terlihat berjejer. Pengemudinya tidak berada di dalam, tapi berdiri di luar lengkap dengan kacamata hitamnya.
Sesekali mereka menyapa pengendara motor yang dikenali melintas di sana. Hidung kembang-kempis, karena sudah berhasil mewujudkan cita-cita menjadi seperti si Boy.
Setidaknya itulah yang terjadi di kota Makassar pada saat diriku masih remaja. Fenomena Catatan si Boy, itulah yang saya rasakan.
**
Boy yang diperankan oleh Onky Alexander mewakili kehidupan metropolitan Indonesia pada tahun 80an. Puncak keemasan Indonesia dan juga era kejayaan Soeharto.
Waktunya pas, ekonomi Indonesia sedang menikmati panen dari hasil minyak bumi. Swasembada pangan tercapai, tingkat konsumsi naik drastis, bisnis baru bertumbuh di mana-mana.
Tidak banyak hal yang harus dipusingkan, karena medsos belumlah lahir. Tidak banyak hal yang menganggu pikiran, karena video viral bukanlah ancaman.