Sejujurnya diriku pernah mengalami situasi yang sama dengan serial "Layangan Putus." Tepatnya, sebagai Kinan (Putri Marino) ketika mengucapkan skrip terkenalnya;
"It's my dream, Mas. Not her!"
Kejadiannya sudah agak lama. Saat itu dalam keadaan agak sedikit panik, saya berbicara dalam bahasa keminggrisan sebagai penekanan. Lantas, Masbro (nama samaran), seorang sahabat dari Amerika yang sudah lama di Indonesia, datang sambil misuh-misuh.
Bukan atas maksud yang ingin kusampaikan, tapi dari sisi tata-bahasa (grammar). Ia berceloteh panjang ini dan itu. Tentang kaidah berbahasa Inggris serta contoh-contohnya.
Anda bisa tahu suasana hatiku? Seperti Layangan Putus. Momen itu tidak tepat karena banyak urusan yang harus segera diselesaikan. Jadilah jargon brutalku;
"It's my urusan, Mas. Not you!"
Begitu pula dalam seri Layangan Putus. Skrip terkenal dari Kinan itu kini menjadi bulan-bulanan di media sosial. Dialog terkenalnya itu dianggap salah secara grammar.
Seharusnya, "It's my dream, Mas. Not hers!" bukan her (tanpa s).
Kesalahan tersebut bahkan ramai menjadi diskusi hangat di twitter. Antara yang ngotot dan cin-chai.
Nah, fenomena Masbro sohibku dan kaum ngototan tersebut, memiliki istilahnya sendiri. Mereka disebut dengan Grammar Nazi.