Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Duhai Engkong, Tanpa Kritik Dikau Bak Sarung Tanpa Daleman

Diperbarui: 26 November 2021   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duhai Engkong, Tanpa Kritik, Dikau Bak Sarung Tanpa Daleman (kompasiana.com)

"Hore, kritik terakhir! Abis ini admin bisa nyonyak tidur." Demikian komentar Al Peb pada artikel Engkong Felix (yang ini).

Tapi, Acek tidak percaya. Bagi Engkong kritik bak kentut, gak bisa ditahan. Bisa sakit perut. Untungnya ada komitmen. Mulai esok, Engkong janji tidak kritik Admin. Aih... Kita lihat saja.

Acek tidak tahu perasaan Al Peb pada saat ia berkomentar. Apakah senang, apakah sedih. Hanya tjelana-nya yang bisa memahami.

Bagi Acek, Admin hanya bisa bernapas lega setelah Kompasianival saja. Abis itu pusing lagi. Apakah karena Engkong tidak komit? Tidak. Masalahnya aura kenthirisme-nya sudah menyebar. Paling tidak ke warga gang sapi.

Acek juga sebenarnya sudah dilarang tampil. Ia akan pensiun setelah Kompasianival 2021 berakhir. Sebabnya si Acek ini sudah banyak nyusahin orang. Terutama kepada Rudy Gunawan, pemilik lapak asli.

Si Rudy dulu dikenal dengan artikel angka dan tulisan filsafatnya. Eh, tetiba entah dari mana, si Acek datang membawa pengaruh Kamasutra. Jadilah lapak yang bersih alus itu penuh dengan aura jijay birahi.

Makanya, tulisan Acek yang tadi pagi itu seharusnya menjadi tulisan terakhir. Tapi, ini gegara Engkong pula. Sudah tau Acek untuk sementara waktu akan berhenti aktif di grup pepesanan, ia pun dengan rajin memprovokasi Acek lewat kolom komentar. "Engkong (2) -- Acek (0)."

Apa yang Acek lakukan? Ia akan balas dendam melalui tulisan ini. Sadar bahwa ini momen yang tepat, karena Engkong sudah insap tidak bikin artikel sejenis ini.

Apa yang akan Acek lakukan? Ia akan menantang teori Engkong. Argumentum ad topil. Engkong mengatakan jika program bunding Topik Pilihan dan K-Rewards di Kompasiana rawan penghinaan terhadap kreativitas.

Alias tulisan yang seharusnya bernas, akhirnya terkesan tidak berkelas jika ia bukan Topil. Aksi ini juga rentan membuat kubu. Penulis pro-topil dan pro-upil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline