Pengambil alih kekuasaan dari Soekarno pada 1967, bukan hanya masalah politik semata. Kondisi ekonomi juga memberikan tantangan besar bagi Soeharto.
Hiperinflasi mencapai 650% menyebabkan harga bahan pokok meroket. Tersebabnya uang yang dicetak hanya untuk membayar utang, mendanai proyek mercusuar, hingga konfrontasi dengan Malaysia.
Langkah pertama yang dilakukan Soeharto adalah mengubah kiblat ekonomi. Dari blok timur menjadi pro-barat. Tim ahli bidang ekonomi terdiri dari putra-putra terbaik bangsa.
Wolfgang Arndt dalam The Indonesian Economy (1984) mengatakan bahwa ada tiga strategi utama dalam perbaikan ekonomi Soeharto, yakni; Stabilisasi, Rehabilitasi, dan Pembangunan.
Ketiga strategi ini kemudian dilakukan dalam beberapa tahapan, hingga Indonesia mampu keluar dari problema ekonomi, bahkan mencapai masa keemasannya.
Gelar "Keajaiban Ekonomi" dari Indonesia pun dengan segera diraih. Soeharto kemudian mendapat gelar sebagai "Bapak Pembangunan."
Seiring dengan kebarhasilan tersebut, muncullah istilah yang merujuk kepada arsitek ekonomi Soeharto. Julukannya tidak terlalu nyaman terdengar; "Mafia Berkeley."
Padahal jika dilihat, strategi besar yang dilaksanakan tidak ada relevansinya dengan kata "mafia." Berkeley pun sebenarnya diambil dari nama University of California, Berkeley. Tempat di mana 4 dari 6 orang tim ekonom tersebut menuntut ilmu.
Mereka adalah;
Widjojo Nitisastro, sebagai pimpinan tim. Kemudian ada Ali Wardhana, Emil Salim, dan Mohammad Sadli. Keempat orang inilah yang pernah mengenyam Pendidikan di Berkeley melalui beasiswa Ford Foundation.