Engkong Felix membayangkan Acek tidak bisa tidur nyenyak memikirkan balasan untuk tulisan Don Bekicotnya yang terprovokasi persetubuhan. Aih, Engkong salah besar!
Pagi ini Acek bangun dengan wajah segar. Bibir tersenyum lebar, sambil mengelus-ngelus kumis yang tertutup daleman. Ahh, Engkong berhasil terjebak dalam anarki persetubuhan tulisan.
Sebenarnya Engkong tidak memaknai Kamasutra dengan lebih bijak. Para punggawa peradaban kuno selalu mengatakan, "seks adalah kemurnian."
Persetubuhan adalah kebutuhan dasar manusia. Ia berfungsi sebagai proses reproduksi. Betapa mulianya! Tapi, dasarnya manusia. Seks selalu dihubungkan dengan ngenceng dan ngeres.
Patung David karya Yunani kuno menggambarkan tubuh pahlawan harus polos adanya. Anulakinya bebas terpampang, tapi tidak ngenceng. Tujuannya agar penikmat seni tahu bahwa sesuatu yang polos seharusnya tidak ngeres.
Sebaliknya, patung penjahat kerap dipahat dengan ukuran kelamin yang gebyer. Kemurnian hilang pada dirinya. Engkong-engkong pun siap diembat.
Artinya, para filsuf selalu menggambarkan pertarungan moral sesungguhnya adalah di antara mereka yang bisa menahan diri melawan para monster ereksi.
Sekarang Acek bingung, kubu manakah yang akan dibela oleh Don Quixote? Jelas bukanlah kubu kemaksiatan, tapi jika kubu pahlawan yang dibela, maka mungkin saja ia tak mampu ereksi.
Tapi biarlah demikian. Biarkanlah Engkong menyanyikan lagu "I did it my way" di dalam kamar mandi, sendiri. Terus sendiri, hingga tuntas, Ah! Sementara Acek masih mengelus-ngelus kumis yang tertutup daleman.
Iya benar, Acek getol memprovokasi persetubuhan literasi. Itu karena Acek belum sampai di puncaknya. Engkong betul!