Istilah Asal Bapak Senang (ABS) sekarang sudah jamak membahana. Konotasinya agak negatif, mengartikan penjilatan kepada atasan.
Namun, tahukah kamu jika penggalan kata ini sebenarnya tidak seburuk citranya?
Semua dimulai ketika Soekarno selesai makan siang bersama Duta Besar AS, Howard Jones di Cipanas. Kala itu Soekarno memanggil Mangil Martowidjojo, komandan Datasemen Kawal Pribadi (DKP).
Tujuannya untuk menghibur tamu yang sedang dijamu. Jadilah Mangil mengumpulkan anak buah ala kadarnya. Apa saja yang bisa dijadikan alat musik pun dipukul. Yang penting bersuara dan ada iramanya.
Soekarno memang menyenangi tarian lenso. Ia kemudian bersama Hartini, Howard, istrinya dan seluruh peserta yang hadir menari lenso. Semuanya berlangsung meriah.
Namun, kegembiraan hanya terjadi setelah acara selesai. Sesudah para tamu bubar, masalah baru pun muncul. Semua alat dapur yang dipinjam dari tetangga penyok-penyok.
Sebagai Komandan DKP, Mangil tentunya sigap. Peralatan dapur diganti, peralatan musik senantiasa mendampingi. Kendhang pun selalu berada pada daftar inventaris peralatan yang harus selalu ada, dimana pun Bung Karno berada.
Atas inisiatif lanjutan Mangil, ia pun membentuk grup band sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab DKP, melindungi hati Soekarno yang sedang galau.
Band tersebut dipimpin oleh Iskandar Winata, mantan Mayor Polisi. Isinya adalah satu korps militer yang pandai menyanyi dan bermain musik.
Peralatan band pun dibeli sendiri, kecuali drum yang disumbangkan oleh pengusaha Hasjim Ning, kemenakan Bung Hatta.
Semua lagu kesayangan Soekarno dipelajari dengan sigap, siap menunggu perintah yang keluar dari mulut Sang Presiden.