"Ternyata pandemi Covid-19 memberi hikmah tersendiri, [...]"
Inilah sebilah kata pembuka dalam sebuah artikel yang paling fenomenal di Kompasiana.
Mengapa "sebilah?" karena ia tajam laksana pisau. Yang pertama, karena melibatkan sapi (mungkin dari gang sapi) yang akan dijadikan semur. Kedua, melibatkan salah satu penulis Kompasiana Terpopuler 2020, Kang Fery W.
Bagi yang belum pernah bertemu dengan beliau (termasuk saya), bayangkanlah ini;
Tegak, tegap, gempal. Meski tanpa kumis brewok ala Zaldy Chan, ia selalu tampil dengan beringas. Tulisannya pun tajam bak pedang sakti To Liong To.
Artikel politik yang ia anggit, selalu bikin jantung berdetak kencang. Takada ruang untuk bernapas, bahkan politikus pun masih kalah berangasan.
"Ternyata pandemi Covid-19 memberi hikmah tersendiri, [...]"
Ini terjadi di segala lini. Si Rambo harus menjadi Bimbo. Pun dengan si Butoijo, kini ia harus cepat bobo'.
Fenomena ini tidak saja hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di Kompasiana. Di rumah kos-kosan besar ini perubahan nyata tapi pasti telah terjadi.
Para penyewanya (baca: Kompasianer) mulai kebingungan dengan gaya Mimin yang mulai menyukai gaya Oji (baca: ghosting).
Tentu saja kaum milenial macam Kang Fery juga kebingungan. Artikel politik yang sering dianggitnya, kini sederajat dengan surat pembaca ala Tante Virus (baca: peang).