Sejak dulu, bulan selalu diasosiasikan sebagai sesosok dewi yang penuh cinta, kasih, dan keindahan. Ia muncul sebagai satu-satunya cahaya dalam gelapnya malam. Dianalogikan sebagai harapan dalam kepasrahan.
Dewi Selene adalah dewi bulan dalam mitologi Yunani Kuno. Ia berada di tempat terhormat dan banyak dipuja. Selene digambarkan sebagai sesosok wanita bergaun keperakan, memegang obor, dan mengendarai kereta melintasi gelap malam.
Selene selalu merindukan cintanya. Itulah mengapa ia selalu digambarkan tampil pucat. Cinta sejatinya kepada Endymion yang tidur abadi, tidak pernah mati.
Tapi, ternyata ia bukan satu-satunya penguasa bulan. Di atas sana, ada juga dewi bulan yang lain, namanya Hecate. Ia adalah Dewi Bulan, tapi sosok gelapnya bulan.
Dalam beberapa mitologi berbeda, Hecate punya penamaan yang tidak sama. Ada yang mengatakannya sebagai Dewi Bulan, Dewi Bumi (kesuburan), dan Dewi Bawah Tanah.
Hecate juga memiliki dua penggambaran yang berbeda. Satu sebagai dewi yang senang menghibur manusia di alam bawah, satu lagi sebagai penyihir jahat yang kejam.
Kendati demikian, penggambarannya sama, sebagai sesosok dewi malam yang tak terlihat. Ia selalu hadir dengan anjing-anjing hitam.
Konon Zeus sang Raja Dewa sangat menghormatinya. Hecate disebutkan mampu melimpahkan kekayaan kepada siapa saja yang berdoa dan berkurban padanya.
Jauh ketika dunia masih muda, Hecate telah berjasa bagi manusia. Ia menolong banyak orang untuk melewati masa gelap mereka.
Bersama Selene, dewi bulan yang memberikan cahaya, mereka bersatu padu menolong umat manusia. Sebagai hasilnya, kedua dewi ini memiliki banyak pemuja.
Suatu waktu mereka bertengkar mengenai siapa yang harus mengatur bulan di langit. Akibat pertengkaran kedua dewi ini, manusia merana. Tidak ada bulan di langit.