"Tiap minggu diadakan pesta-pesta dekaden di Istana, penuh dengan omongan dan perbuatan cabul."
Kutipan tersebut berasal dari coretan Soe Hok Gie yang dibukukan pada Catatan Seorang Demonstran (1983). Mendeskripsikan bagaimana gaya hidup hedon pejabat di zaman orde lama.
Kendati demikian, di mata Soe Hok Gie, Jenderal Ahmad Yani bukanlah sosok perwira flamboyan. Sejak menjabat menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat (AD), Jenderal Yani bahkan pernah mengeluarkan aturan yang melarang prajurit AD mengambil istri kedua tanpa izin komandan dan istri pertama.
Namun, menjadi lingkar pertama, sekaligus anak kesayangan sang presiden, Ahmad Yani tentunya tak terlepas dari gaya hidup Soekarno, Yani terpancing.
Menurut Gie dalam catatannya, Kemungkinan hal tersebut terjadi karena Yani dekat dengan konco-konco Soekarno yang tak jauh-jauh dari wanita cantik.
Yani akhirnya mulai pacaran dengan siswi SMA dan mengambilnya menjadi istri kedua. Yayu Rulia Sutowryo pun tersisihkan. Istri pertama dan juga istri yang menemani Yani selama perjuangan.
Konon di malam terakhir Ahmad Yani, ia tidak sedang bersama istri pertamanya. Yayu sedang ngambek akibat tindak tanduk Yani yang menikahi wanita lain. Namun, sumber lain mengatakan Yayu sedang tirakatan.
Soe Hok Gie tak merincikan siapa anak SMA yang dimaksud. Namun kabar yang beredar, Khadijah, istri Herman Sarens Sudiro adalah janda istri kedua Ahmad Yani. (Akhir Perburuan Jenderal Licin, Tempo 25.01.2010).
Baca juga: Herman Sudiro, Jenderal di Era Soeharto yang Bersinar Tidak Pada Tempatnya
Herman Sarens yang menikahi janda Ahmad Yani juga bukan perwira sembarangan. Ia pernah menjadi pengawal pribadi Ahmad Yani dan juga sangat dekat dengan Soeharto.