Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Misteri Pemerkosaan Sum Kuning, Titah Presiden hingga Dicopotnya Kapolri

Diperbarui: 4 Maret 2021   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Misteri Pemerkosaan Sum Kuning, Titah Presiden Hingga Dicopotnya Kapolri (sumber: kumparan.com)

Orang-orang mengenalnya sebagai Sum Kuning. Tapi, nama aslinya adalah Sumaridjem. Ia adalah gadis desa. Usianya baru menginjak 17 tahun. Kejadiannya di tahun 1970. Ketika ia menjadi viral.

Terjadi di Yogyakarta. Tempat yang seharusnya terhormat. Surat kabar turut mengawalinya. Bahkan di luar Yogya. Orang ramai membicarakannya.

**

Malam 21.09.1970. Bis kota tak lagi lewat. Dagangan lambat terjual. Sum Kuning berjalan ke arah utara. Menunggu bis yang tak kunjung datang. Perasaan tidak enak menyelimuti. Hari menjelang gelap. Pinggiran kota Yogya dulu masih sepi. 

Sebuah mobil tiba-tiba datang menyerempet. Berhenti tepat di depannya. Pemuda-pemuda gondrong, tampang beringas, datang membekapnya. Tubuhnya diseret masuk ke mobil.

Sekuat tenaga Sum Kuning melawan. Apa daya para berandalan lebih kuat. Mobil itu bergerak pergi. Membawa sang gadis penuh isak tangis. Mobil itu jalan keluyuran. Tergoncang ketika melewati rel kereta api. Mobil itu berisikan Sum Kuning. Dikelilingi para pria berwajah bengis.

Pisau ditempelkan di leher. Sum Kuning tak berdaya. Terlebih setelah ia dibius. Nyaris tak sadarkan diri. Sum Kuning tak berkuasa. Kain panjangnya disingkap sampai pusarnya.

Sum Kuning mendengar nyanyian. Para pemuda ria berdendang. Sum Kuning berteriak pedih. Tapi hatinya lebih perih. Kelaminnya dimasuki benda keras. Sum Kuning dijadikan budak nafsu pemuas. Sampai tiga kali. Malam itu Sum Kuning digilir beramai-ramai. Kegadisannya direngut paksa para pemerkosa.

Sum Kuning (sumber: tirto.id)

Tak hanya menyisakan aib. Uang 4.650 rupiah pun raib. Hasil dagangan telur dari pagi hingga maghrib. Urusan syahwat pun selesai. Sum Kuning dibuang terkulai.

Tak berdaya di pinggir jalan. Hari masih gelap. Ia terus berjalan menuju Yogya. Orang mulai lalu lalang. Hari sudah terang. Ia menyetop becak tanpa tujuan. Dibawalah Sum Kuning ke rumah ibu Sulardi, langganan abang becak.      

Sum Kuning menangis. Pagi itu kondisinya mengenaskan. Kaki dan kainnya berlumuran darah. Tangisannya terdengar hingga ke rumah tetangga. Tut Sugiarto, seorang wartawan. Tut segera menghubungi rekan sesama wartawan. Namanya Iman Sutrisno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline