Kelenteng ramai dikunjungi oleh umatnya. Menjelang Imlek hingga Cap Go Meh. Banyak Dewa yang wajib dipuja. Tujuannya macam-macam. Mulai dari kekayaan hingga Kesehatan. Semua dewa punya fungsinya masing-masing.
Tahun ini katanya diriku harus menjaga kesehatan. Siapa yang tidak? Terlebih pandemi belum kelihatan ekornya. Dewa Hua Tuo adalah saran dari Koh Ahong. Ia memintaku untuk memujanya sembari berdoa agar kesehatan selalu prima.
Tidak ada salahnya mengikuti saran. Dewa Hua Tuo adalah Dewa Kesehatan. Ia bahkan sudah menjadi dewa selagi masih hidup.
Ia mampu membedah usus hingga kepada selaput tertipis. Mengeluarkan bagian yang rusak, membersihkannya, dan menjahitnya kembali. Sebuah operasi medis yang oleh standar kedokteran modern saja masih tergolong sangat beresiko. Tapi seluruh pasien Hua Tuo dapat sembuh dalam waktu sebulan.
Ini hanyalah sebuah contoh, bagaimana kehebatan tabib Hua Tuo yang hidup pada abad ke-2, di mana dunia medis barat masih tertidur lelap. Tak heran jika ia mendapat gelar sebagai bapak pembedahan dan akupuntur dunia.
Masa Kecil Belajar Pengobatan
Sejak kecil Hua Tuo sudah menunjukkan kecerdasan dan bakatnya sebagai ahli pengobatan. Hua Tuo berasal dariPei Guo Jiao, sebuah kota di provinsi Anhui, China (sekarang bernama Haoxian).
Ia menjadi anak yatim ketika berusia 7 tahun. Ibunya yang miskin kemudian mengirimkan Hua Tuo kecil ke tabib Cai, untuk belajar pengobatan.
Tabib Cai adalah sahabat dekat ayah Hua Tuo. Awalnya ia merasa bimbang. Sebabnya untuk menjadi seorang tabib China, bukan hanya kemauan, tapi juga ketekunan dan kecerdasan.
Akhirnya tabib Cai bersedia menerima Hua Tuo dengan syarat ia mampu melalui ujian yang diberikan padanya.
Ujian pertama, tabib Cai melihat beberapa muridnya sedang mengumpulkan daun muberi di halaman belakang. Selama ini daun yang dikumpulkan hanyalah sebatas tinggi badan. Daun mulberi yang tumbuh di puncak pohon, tidak pernah dipetik.
Tabib Cai bertanya pada Hua Tuo, "Bisakah kamu memikirkan cara untuk mengumpulkan daun dari dahan tertinggi di pohon itu?"