"Okkots mi sedeng."
Bagi yang paham dengan istilah ini, tentu akan senyum-senyum sendiri. Orang Bugis-Makassar tahu persis apa yang dibilang dengan "Okkots"
"Diang-diang mi, kalau kau bicara logak Makassarnu keluar." Ini salah satu contoh Okkots.
Lawan dari Okkots adalah "balogat," alias berusaha mengikuti gaya bicara anak-anak sinetron.
"Ngapaing sih loe ikut logatna orang laing?" Kurang lebih seperti ini.
Okkots sendiri diambil dari kata Okko (bahasa Makassar) yang berarti "injak garis" yang sering dipakai dalam permainan dende-dende (atau juga dikenal sebagai engklek)
Okkots (mungkin) bisa menjadi hal yang sangat memalukan. Tapi, apakah memang benar demikian?
**
Lagipula, penelitian berkata bahwa dirimu tak akan pernah bisa terlepas dari ke-okkots-anmu. Karena pada dasarnya bahasa telah dipelajari oleh seseorang sejak ia masih orok.
Bahasa yang dipelajari oleh kita bukan hanya sekedar ABC saja, tapi juga intonasi, putaran lidah, gerakan rahang, hingga hati yang sejuk. Anak bayi akan mendengarkan suara ibunya yang ia tandai sebagai bahasa kasih sayang. Terlepas dari hilangnya huruf "r" atau kelebihan "g," itu adalah bahasa pertamanya.