Aku baru sadar jika kolor itu adalah daleman. Meski hanya berwarna putih, tetapi sentuhannya jauh ke dalam.
Rupa-rupa warnanya bukan hanya pada balonku sahaja. Meski sering dinyanyikan, tetapi tidak pernah habis meletus.
Begitu pula perasaanku pada dirimu, tinggi melayang kayak balon, terjun bebas bak daleman. Putih laksana kolor, tetapi liar berwarna-warni.
Kamu boleh menertawakanku, tapi ingatlah setiap wanita memiliki dua mulut berbeda. Kata Om Broery, atas bawah sama saja, tetapi Tante Dewi mengingatkan, jangan ada dusta di antara kita.
Abaikan om-om bulet, bunder, buntek. Perutnya kayak balon, dompetnya banyak kasbon. Biarlah mereka berkeliaran semalam suntuk, dirimu lebih berharga dari kunyuk.
Janganlah lupa jalan kembali. Meski berliku, jangan belagu. Sudah saatnya kembali ke rumah, kotoran sudah melimpah ruah. Emak mencarimu, hatinya sangat kacau.
Aku merindukanmu, laksana daleman yang teronggok di bakul cucian. Jika engkau kembali, kan kupegang erat-erat. Takkan kulepas seperti balon hijau yang baru saja meletus.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H