Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Metafora Kebinatangan, Hati-hati Memanggil "Yayang" dengan "Meong"

Diperbarui: 9 Januari 2021   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Metafora Kebinatangan (sumber: journal.moselo.com)

Sejak zaman Adam Hawa hingga Adam Levine, manusia selalu hidup berdampingan dengan hewan. Hewan dengan ribuan spesiesnya telah menjadi warna warni di tengah kehidupan manusia.

Manusia dengan segala akal budi telah berada pada level tertinggi rantai kehidupan. Mewakili sang Pencipta untuk bertanggung jawab terhadap alam dan segala isinya. Dengan demikian, manusia bebas untuk mendefenisikan peranan hewan berdasarkan hubungannya dengan dunia manusia.

Tanpa disadari, hewan-hewan tertentu sudah memiliki predikat yang melekat di kepala manusia. Anjing sebagai sahabat setia, tikus sebagai koruptor, keledai yang dunggu, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, jelas bahwa hubungan manusia dan hewan tidak hanya sebatas hidup berdampingan, namun merupakan bagian dari ekspresi. Tidak heran jika dalam konsep linguistik, hewan sudah sering menjadi langganan metafora.

Metafora Bentuk Cinta dan Pujian

Hewan yang imut dan kecil misalnya sering disematkan sebagai nama kesayangan bagi kekasih atau anak kecil. Kucing terhadap seseorang yang manja, domba bagi seseorang yang lembut, dan singa untuk yang jantan.

Sementara itu, hewan yang memiliki nilai-nilai tertentu sering dijadikan pujian bagi seorang yang dikagumi. Berhati singa yang berarti berhati besar atau mata elang bagi yang memiliki penglihatan tajam.

Metafora Perbandingan

Pada metafora ini, karakter hewan disematkan dalam sifat manusia. Menyebutkan orang laksana kuda, berarti ia adalah pekerja keras. Menyebut orang seperti ayam artinya ia penakut, dan ular bagi mereka yang licik.

Selain itu, bentuk fisik juga termasuk dalam metafora pebandingan ini. Badannya seperti kerbau, artinya bertubuh besar, hingga wajah bagai kodok, kuda, atau tikus, yang secara keseleruhan artinya tidak sedap dipandang.

Metafora Penghinaan

Jenis metafora ini adalah yang paling umum digunakan. Masih ingat peristiwa kerusuhan di Papua akibat kejadian di Jawa Timur yang menyebut mahasiswa papua dengan jenis seekor binatang?

Jenis metafora ini lazim terdengar dan sering menjadi bumbu ujaran kebencian. Sifat binatang secara langsung disematkan pada orang yang tidak disukainya. Anjing, babi, kerbau, ular, dan lain sebagainya, menjadi perbandingan langsung terhadap rasa kebenciannya.

**

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline