Sejak bergabung di Kompasiana (K), ada perubahan drastis pada diri saya. Kalau dulunya saya termasuk orang yang jarang membaca apalagi menulis, sekarang tiap hari mengais kata di subuh hari.
Dalam waktu kurang dari 11 bulan, saya telah memroduksi 380 artikel, dan belum termasuk sekitar 10 artikel yang sempat saya hapus atas alasan tertentu.
Nah, jika ditotal, maka jelas, jumlah tulisan lebih banyak dari jumlah hari bergabung di K. Termasuk produktif? Saya serahkan kepada pembaca untuk menilainya.
Akan tetapi, ada sebuah pertanyaan yang sangat menganggu pikiran. Apakah saya mengidap gangguan mental?
Sebabnya tiada hari tanpa K. Setiap bangun pagi selalu K. Di saat sedang rehat, K lagi. Sangat berbeda jauh sebelum diriku menjadi Kompasianer (Kner).
Kecanduan adalah kata pertama yang mencuat di kepala. Saya kecanduan menulis, kecanduan membaca tulisan, dan kecanduan meninggalkan jejak di laman Kner lainnya.
Terlebih lagi dengan adanya sistem akreditasi dan reward, seperti pemberian label, pageviews, terpopuler, tertinggi, hingga K-Rewards, semua hanya menambah zat kafein dan nikotin literasi.
Gangguan mental adalah salah satu jenis gangguan pada seseorang yang dapat memengaruhi cara berpikir, emosi, dan tingkah laku. Ini merupakan istilah luas yang juga bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Banyak jenis gangguan mental, namun tidak banyak pengidap gangguan mental yang menyadarinya.
Yang lebih mengerikan lagi, menurut psikolog Ratih Ibrahim, kelompok kreatif, termasuk seniman dan penulis, adalah mereka yang paling rentan terhadap gangguan jiwa.
Memang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Namun, hal senada juga disampaikan oleh peneliti Key Redfield Jamison, PhD., seorang psikiatri di John Hopkins School of Medicine, Baltimore, New York.