Kisah Nenek Sihir adalah sesuatu yang sudah tidak terasa asing lagi di telinga. Wajah buruk rupa, hidung bengkok, dan ketawa cekikan, menambah daftar alasan yang kuat baginya, untuk dicap sebagai tokoh jahat.
Tidak heran, penyihir telah menjadi momok semenjak ratusan tahun yang lalu di seluruh penjuru dunia. Mereka dikucilkan, dibenci hingga diberangus.
Adalah Raja James I, di Inggris yang pertama kali menyerukan permusuhan terhadap dunia penyihir. Kebenciannya terhadap dunia gaib ini berhasil membuatnya membujuk parlemen untuk membuat Witchcraft Statute, atau undang-undang legislatif yang menyerukan permusuhan apapun yang berbau dunia sihir dan gaib.
Sesuai ketentuan undang-undang tersebut, siapapun yang terlibat praktik sihir dapat dihukum mati. Agar perintahnya dapat tersosialisasi dengan baik, sang raja merilis buku laris berjudul "Daemonologie", dan juga propaganda yang menimbulkan kecemasan di tengah masyarakat.
Tidak memerlukan waktu yang lama, perburuan penyihir pun memakan korban yang tidak sedikit. Hanya dalam waktu satu dekade, ratusan ribu tersangka dan terdakwa penyihir dimusnahkan.
Kebanyakan dari mereka adalah wanita, dan tidak sedikit juga yang dihukum tanpa keterlibatan pengadilan. Perburuan terhadap penyihir, tidak terjadi di Inggris saja, namun juga menyebar hingga ke negara tetangga.
Euforia Pembantaian Penyihir di Skotlandia.
Adalah 'The Great Witch Hunt of Scotlandia", yang tercatat sebagai pembantaian massal terbesar dalam sejarah Skotlandia.
Terjadi pada tahun 1661 dan berawal dari sebuah desa kecil Eidenburgh, dimana 200 orang dituduh sebagai penyihir hanya dalam tempo 9 bulan saja.
Sebelum tahun 1662 berakhir, total 660 tertuduh penyihir telah dieksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup. Akan tetapi laporan sejarah mencatat, hanya 65 orang saja yang dieksekusi melalui pengadilan resmi.
Ahli sejarah menganalisis bahwa pembiaran pembantaian penyihir sengaja dilakukan oleh pihak otoritas. Hakim Inggris tidak bersedia menuntut tersangka sihir Skotlandia, meskipun saat itu, Skotlandia masih dibawah kekuasaan kerajaan Inggris.
Dengan demikian, maka rakyat Skotlanladia diberikan kekuasaan penuh untuk menentukan nasib para penyihir. Bagai api yang membakar di musim panas, orang-orang di Skotlandia melakukan tindakan main hakim sendiri. Laman sains Smithsonian malahan mengutip angka 3000 untuk korban yang meninggal, akibat perburuan ini.