Banyak mitos di balik kebiasaan jelek yang dianggap buruk, salah satunya adalah goyang kaki saat sedang duduk. Selain tidak sopan, juga tidak elok dipandang.
Sebuah video yang diunggah oleh papa membuat mama marah besar. Sebabnya kebiasaan ini dimiliki olehku, dan juga anak saya, Reinhard, dan Ryu-Kahn.
Berulang kali ditegur, nampaknya tidak bisa membuatku menghilangkan kebiasaan buruk ini. Jadilah jurus mitos menakutkan keluar dari mulut mama.
"Kamu dengar tidak, video itu bilang, kalau kebiasaan itu kamu terus lakukan, maka kamu akan melarat tiga turunan."
Waduh, kutukan yang tidak main-main. Baru saja saya ingin mengeluarkan bantahan yang berlogika, mama langsung menambahkan,
"Pokoknya kalau orangtua bilang apa, kamu dengar saja. Titik!"
Artinya diam dan hanya boleh mengatakan, "iya ma. Titik, tanpa koma."
Awalnya saya berpikir bahwa menggoyang kaki pada saat sedang duduk, adalah sebuah penyakit saraf ringan yang disebabkan karena pikiran yang tidak pernah tenang.
Goyangan ini akan semakin keras, jika dihadapkan dengan situasi serius, seperti sedang meeting atau menulis artikel. Namun ternyata, setelah diselidiki, kebiasaan ini disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
Penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
ADHD adalah salah satu turunan dari autisme. Sering dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa. Kondisi ringan dapat menyebabkan penderita merasa rendah diri, gagap berbicara, hingga masalah hubungan. Sementara kondisi kronis berupa kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Saya sendiri termasuk anak yang hiperaktif sewaktu kecil. Di saat dewasa, kebiasaan ini masih terasa, karena tidak bisa tenang berdiam di suatu tempat terlalu lama. Namun apakah diriku termasuk penderita ADHD, saya belum pernah memeriksakannya ke dokter.