Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Daeng Rewa yang Takut Mati dan Daeng Malla yang Pura-pura Berani

Diperbarui: 9 Juli 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (shopback.co.id)

Daeng Rewa duduk di depan teras rumahnya. Ia cemberut di hadapan istrinya, Siti Khadijah yang masih tersedu-sedu.

"Kalau ko kena corona, apa mi bisa ko bikin? Kita satu keluarga kena tong mi!"

Kemarahan Daeng Rewa bukannya tanpa sebab, ini sudah kali ketiga ia melarang istrinya berkumpul-kumpul di rumah Mama Toeng, istri Daeng Udin, mantan Pak RT.

"Ada ji kupake masker, ayah!" Ujar Khadijah mencoba bela diri.

"Biar lagi, kau kira masker bisa lindungi ko ka?" Daeng Rewa yang tidak suka dibantah pun melanjutkan amarahnya.

"Coba ko pikir, pemerintah suruh kita jaga jarak, maksudnya apa? Tidak ada pi obatna corona!"

Daeng Rewa adalah seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai makelar mobil. Sebelum corona berpandemi, kerjaannya setiap hari di warung kopi. Menunggu kabar dari para calon pelanggan, sambil mencari peluang baru yang mungkin terselip.

Badannya yang tambun dan kumis tipis berhias, membuat Siti Khadijah istrinya terpesona pada saat ia masih perkasa. Namun keperkasaanya tidak lagi nampak ketika corona datang menyerang. Daeng Rewa takut mati!

"Saya tidak takut mati! Tapi saya tidak mau sakit! Kalau kena ko flu atau batuk saja, mati segan, hidup pun tak berkesan!" Ujar Daeng Rewa melanjutkan.

Sudah terhitung 4 bulan lamanya, Daeng Rewa tidak pernah lagi ngumpul di warung kopi Daeng Sija. Setiap hari ia hanya membaca koran dengan kantong plastik yang membungkusi tangannya.

Parno! Mungkin kata yang tepat, namun Daeng Rewa sudah terlalu sering mendengarkan sahabat karibnya meninggal karena corona.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline