Selalu menarik jika berbicara mengenai angka, apalagi berhitung...
Lupakan angka pada rumus matematika yang membingungkan, karena pada dasarnya manusia sudah dapat berhitung sejak masih bayi. Betulkah?.
Jika kita "flashback" ke jaman dahulu kala, pada saat manusia masih sangat primitif, bisakah kita membayangkan apakah berhitung sudah dapat dilakukan dimana pengetahuan tidak seperti saat sekarang?.
Saat sekarang sudah hampir mustahil menemukan manusia yang masih belum bisa berhitung, meskipun mungkin nun jauh di tengah hutan papua yang terpencil, mungkin masih ada suku dalam yang belum mengenal angka dan perhitungan.
Jika kita adalah bagian dari mereka, dimana kebutuhan untuk berhitung bukan hal yang utama, apakah akan memengaruhi pengetahuan kita tentang angka?.
Sebagaimana kita ketahui, konsep angka adalah pengetahuan yang paling dasar dalam kehidupan. Seluruh obyek dalam lingkungan kita pasti merujuk kepada kuantitas.
Pada pertengahan abad ke-20 seorang filsuf Prancis yang bernama Jean Piaget (1896-1980) menelurkan sebuah teori yang bernama "Genetic Espitomology" (Pengetahuan Genetika).
Disebutkan bahwa otak manusia pada dasarnya adalah sebuah ruang kosong, namun telah memiliki kemampuan dasar untuk belajar.
Input yang didapatkan dari pengalaman kemudian memicu proses identifikasi dan berpikir pada otak. Semakin banyak pengalaman yang masuk, otak manusia akan semakin terbentuk sehingga menjadi apa yang kita miliki saat sekarang.
Otak manusia adalah sebuah komputer canggih yang telah terisikan beberapa program dasar yang membedakan manusia dari mahluk lainnya.
Selain itu, terdapat juga database yang besar yang mampu menyimpan dan memroses data menjadi lebih berkualitas. Program dasar ini disebut dengan proses kognitif dasar, sebagaimana kita menemukan kemampuan berinteraksi pada bayi.
Senyuman, tangisan, Gerakan tubuh yang terbatas, semuanya adalah proses kognitif dasar yang akan berkembang di kemudian hari menjadi sebuah proses interaksi yang lebih kompleks.