Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Bunuh Diri, 1 Fenomena dan 3 Corak Utama Pencegahannya

Diperbarui: 24 Desember 2019   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi butuh bantuan kesadaran dan kesehatan mental. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan sebuah berita dari Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang: seorang lelaki yang bernama (A) melakukan percobaan bunuh diri setelah membunuh anaknya yang berusia 5 tahun. 

Yang kemduian menjadi pertanyaan: bagaimana mungkin seorang yang waras dapat melakukan hal yang begitu tidak masuk akal?

Berita ini kemudian mengusik saya untuk menelisir data dan fakta kejadian bunuh diri, baik di Indonesia, maupun di dunia. 

Menurut data WHO yang dilansir pada tanggal 09 September 2019 (sehari sebelum Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia), satu orang tewas bunuh diri setiap 40 detik, atau sekitar 800.000 kasus setiap tahun. 

Selanjutnya, WHO mengatakan bahwa kejadian bunuh diri ini adalah "Fenomena Global" yang mepengaruhi seluruh negara di dunia, sehingga setiap negara harus membantu untuk menerapkan taktik pencegahannya.

"Kami menyerukan kepada seluruh negara untuk memasukkan rencana pencegahan tindak bunuh diri, yang terbukti ke dalam program kesehatan dan Pendidikan nasional secara berkelanjutan" seru direktur jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata di Indonesia, kasusnya lebih rendah, tingkat kematian akibat bunuh diri "hanya" satu kasus setiap satu jam saja, dengan 302 kasus dalam kurun waktu tahun 2019.

Fakta lainnya yang mengacu kepada data WHO adalah bahwa fenomena bunuh diri, lebih banyak terjadi di negara dengan pendapatan tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan jumlah korban dari kaum Adam lebih banyak tiga kali, dibandingkan wanita.

Apa yang mendasari keputusan bunuh diri? Menurut riset, tiga penyebab utama tertinggi adalah: 1) Depresi, 2) Trauma, dan 3) Perundungan (bullying). 

Sementara putus cinta yang selama ini dianggap sebagai penyebab utama, hanya menempati rangking kedelapan, atau satu tingkat diatas kategori sakit parah yang menempati urutan ke sembilan.

Kembali kepada pernyataan WHO, bahwa bunuh diri adalah Fenomena Dunia. Kata Fenomena ini menarik perhatian saya, karena dapat disamakan dengan kata Fenomena Alam, yang berarti peristiwa non-artifisial, atau bukan ciptaan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline