Peradaban yang memilih, mungkin pantas disematkan sebagai acuan yang akan terus dikumandangan manusia abad 21. Bukan apa, pesatnya teknologi, mode, dan pemikiran mengenai kehidupan sendiri begitu maju diabad ke-21 ini.
Sepertinya kondisi inilah yang membuat memilih sebagai manusia didalammnya, yang berpikir dengan cenderung menimbang. Apakah sesuatu "memilih" itu hanya akan menjadi kesia-siaan belaka, atau malah menambah beban hidup yang ada?
Tentang gaya hidup, atau keputusan-keputusan ekonomi yang salah bahkan dengan jalan hidup yang keliru. Memang memilih bukan perkara gampang, seperti memilih dalam menulis topik-topik apa yang belum tersentuh oleh kebanyakan pemikir lainnya.
Atau tulisan-tulisan dengan kadar harus dibaca dua atau tiga kali untuk paham konten yang disajikan dari penulis kepada pembaca itu sendiri. Tetapi perkara bentuk dari apa pilihan itu tidak lepas adalah konsekwensi yang harus ditanggungnya sendiri sebagai diri manusia, bagaimana melihat pahit di dalam manis sebagai konsekwensi dari pilihan itu.
Memang menjadi manusia bukan hanya harus ditangguhkan pada pilihannya sendiri akan hidup, tetapi juga memilih apa yang ingin dipilihnya sendiri dalam menjalaninya.
Tentang berbagai pengetahuan disana, apakah menjadi sebuah rujukan untuk manusia dalam menentukan pilihannya sebagai keputusan hidup yang harus dipilih mereka pada akhirnya yang harus bernalar dalam menuntukan keputusan itu?
Semacam menjadi ajang untuk renungan setiap pagi dan malam tentang hidup. Menjadi manusia bukan hanya memilih yang akan baik untuk dirinya sendiri. Tetapi untuk memilih siapa yang akan hadir dalam hidupnya pun juga adalah bentuk dari pilihan hidup yang tidak harus manusia kesampingkan baik dalam menjadi diri sendiri atau di dalam kerumunan itu sebagai manusia.
Jangan hanya menjadi pengumbar kata sebenarnya sesungguhnya orang lain hanya menjadi penimbang apa yang disesalkannya sendiri dengan keputusan orang-orang lainnya yang menurutnya gajil.
Tetapi disini, apakah ada orang yang mampu mendengarkan orang lain, yang lebih lagi dari itu menuruti apa pendapat orang lain? Jelas sebagai pertanyaan sendiri ini sudah sesuatu yang gamblang. Konsep dari ideal itu sendiri tidak mungkin akan bertumbuh dari pemikiran manusia lain selain dirinya.
Tentu kesadaran dalam pengetahuan itu merupakan suatu hal yang pokok. Dimana sebagai manusia dan menjadi manusia supaya ia tidak gagal pada pilihan yang akan dipilihnya sendiri. Mungkin kata-kata ini seperti abstrak di dalam setiap pembacaannya. Namun yang perlu diingat, apapun tulisan sebagai cermin seorang manusia, ia bukan saja terinspirasi dari kadar-kadar sosial yang membawa pada imanjinasinya, tetapi tatapan pada realitas sendiri, ia melahirkan sebuah pemikiran yang patut untuk dikaji.