Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Ngarep! Dosa Besar Seorang Pria?

Diperbarui: 7 Februari 2021   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Pixabay.com

Lagi dan lagi perkara cinta memang membosankan segenap hati dan pikiran saya, entah mengapa jika berbicara tentang cinta, tubuh dan pikiran saya selalu lumpuh.

"Namun bagimanapun, saya percaya bahwa disetiap kehancuran, pasti akan ada cahaya pengetahun yang masuk dibalik setiap kehancuran itu".

Maka siapapun yang mungkin cintanya bertepuk sebelah tangan, sudah pasti akan melahirkan sebuah kutukan pada adanya penolakan atas cintanya tersebut bagi orang lain.

Mungkinkah kutukan itu dilakukan itu pantas? Apakah berguna kutukan yang kita lontarkan pada seseorang yang mungkin telah mengecewakan kita, yang mungkin saja mencampakan cinta kita?

Nyatanya dibalik kutukan itu, ada nada-nada pengharapan atau bahasa keren "cinta" masih "ngarep" pada orang yang disayang meski tidak disadari itu masih ada.

Saya adalah salah satu orang yang dibilang masih ngarep pada gebetan yang mungkin tidak memperhitungkan cinta saya dalam hidupnya.

Tetapi mungkin benar, cinta adalah proses bio kimia yang kita hasilkan sendiri. Sebenarnya jika dirasionalisasi, "cinta", bukankah bahasa diri kita dimana kita sedang bermain pada gairah yang sebenarnya kita diciptakan sendiri?

Oleh karena itu, bukankah pikiran kita yang memfokuskan pada satu orang, yang katanya kita cintai? Entah mengapa, saya juga seperti menelan racun ngarep itu, masih berharap pada cinta yang sebenarnya saya produksi sendiri cinta itu pada orang lain "gebetan" saya.

Karena pada kenyataannya orang yang saya cintai sendiri sama sekali tidak memandang diri saya, bahkan mungkin saya tidak pernah ada didalam pikirannya, berbeda dengan dirinya yang selalu ada di pikiran saya.

Untuk itu, mungkikah penyakit ngarep pada cinta sendiri dosa besar bagi sorang pria? Dimana dari sikap ngarep itu menjadikan hidup ini kacau, yang justru merendahkan nilai kita sendiri dihadapan orang yang kita cintai?

Karena pada saat ngarep itu terjadi, bukankah kita selalu mengejar-ngejar, memberi hadiah, dan memohon-mohon orang yang kita cintai untuk bisa cinta dengan kita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline