Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Hidup Pasang-Surut, Karakter Manusia Tidak!

Diperbarui: 1 Februari 2021   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi:pixabay.com

Sebenarnya apa yang dipandang oleh kehidupan sendiri bagi manusia adalah bagiamana dirinya menciptakan suatu kebahagiaan yang ada dan harus terjadi pada dirinya sendiri.

Namun, apakah kebahagiaan itu akan terus terjadi dikala hidup sudah pasti merupakan hal-hal dari sisi kontradiktif yang ada?

Ibartanya hidup, jika ditelesuri secara mendalam dari adanya kehidupan, senyatanya semua sudah ditakdirkan untuk berjodoh tidak terkecuali manusia dan semua makhluk alam semesta.

"Semua keburukan akan berjodoh dengan semua kebaikan, warna hitam berjodoh dengan putih, lalu pasang dan surutnya semua aspek kehidupan yang ada, sudah pasti akan dirasakan oleh manusia dan makluk lainnya sebagai sebuah jodoh".

Dihutan pun sama, Singa dimakan Rusa dan Rusa memakan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan, itu adalah garis hidup yang sudah diciptakan oleh takdir itu sendiri oleh yang maha kuasa.

Bawasannya jodoh merupakan "suatu elmen yang menyatu meski kontradiktif", dimana itu adalah konsekwesi yang harus dihadapi. Tentu sebagaimana juga manusia, ia didoakan oleh manusia lain, tidak menutup kemungkinan ia dapat dikutuk oleh manusia lain pula sebagai bagian dari adilnya kehidupan ini.

Maka dari itu saya akan mencontohkan bagaimana dalam mitologi agama Hindu atau cerita-cerita populer yang ada dikalangan masyarakat Jawa sebagai lakon pagelaran wayang yakni kisah "mahabarata" yang kisahnya terkenang sepanjang masa.

Sri Krisna dalam perang baratayuda, dimana dirinya ada dipihak pandawa dan mampu memenangkan perang tersebut di daratan Kurusetra, India, melawan kurawa yang merupakan masih satu keturunan merebutkan kekuasaan di kerajaan Hastina Pura.

Peran yang sangat vital bagi Sri Krisna, dimana dalam mitologi agama Hindu sendiri dirinya merupakan merupakan inkarnasi Dewa Wisnu yang turun ke bumi menegakan keadilan dan kebenaran.

Tetapi ketika dirinya dikutuk oleh Ratu Gandari ibu dari kurawa, dimana dalam perang tersebut tidak ada satupun kurawa yang selamat, Sri Kirisna menyadari sebagaimananya menjadi manusia meski jiwanya adalah dewa dalam mitologi hindu sama dengan tuhan.

Sri Kirsna disamping dirinya menerima doa sebagai manusia, dirinya juga akan menerima kutukan dari Ratu Gandari meski jasa-jasa Sri Krisna sendiri bagi hastina pura dan keadilan umat manusia sangat besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline