Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Nasihat Raja Jawa untuk Pekerja

Diperbarui: 17 Oktober 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: alchetron.com

Terkadang jika dipikir lebih dalam, bagimanapun saat ini yang punya uang itu berkuasa, tidak dapat disangakal.

Saya ingat bagimana nasehat dariMmangkunegara IV, salah satu Raja di pulau Jawa dari Keraton Surakarta pernah berkata; "jika tidak jadi pedagang dan bertani, mengabdilah pada Raja".

Kata-kata mengabdi mungkin itulah yang membuat orang tidak punya daya upaya lagi atau tidak punya modal, hidup haruslah rela memang mengabdi atau kerja untuk orang lain.

"Istilahnya saat ini kita tidak ada penghasilan bekerjalah ikut bos. Jika memang kita tidak bisa menjadi bos untuk diri kita sendiri. Berbeda dengan petani dan pedagang yang bekerja hasilnya untuk sendiri"

Maka dari itu bukankah kata mengabdi  sama dengan kerja dengan orang lain? Dari situlah pentingnya filosofi nerima ing pandum atau menerima apa yang sudah menjadi ketentuan oleh nasib kita sendiri?

Untuk itu mau seberapapun kita melawan apapun yang memang bukan ada dalam kuasa diri kita sendiri, sangat amat sulit untuk dapat terealisasi cita-cita apa yang ingin kita kehendaki.

"Adanya omnibus law UU Cipta Kerja yang dinilai meringankan beban pengusaha, kita sebagai pekerja, orang yang megabdi pada pengusaha tersebut, memang harus seyogyangya menerima".

Mau bagaimanapun kita sebagai pekerja tidak punya daya upaya modal. Jika memang punya modal bekerjalah dan membangun usaha sendiri menjadi pedagang atau petani, supaya tidak mengabdi pada bos "raja".

Mungkin seperti itulah abdi atau pekerja, dimana kekuatan yang kecil haruslah disadari dengan rasa prihatin, atau sadar dengan nasib kita sebagai manusia yang hidup di dunia membawa nasib diri masing-masing.

Sebab mau seberapa pun kita seorang abdi melawan Raja (pengusaha) tidak akan dapat menang, meskipun kita punya daya upaya yang banyak yakni tenaga. Karena saat ini untuk dapat menggerakan tenaga harus lah dengan modal.

Tetapi apakah kita akan memgambil hak orang lain pada akhirnya dengan tenaga-tenaga kita? Bukankah jika seseorang mengambil sesuatu yang bukan haknya, apakah nantinya tidak hanya akan menimbulkan konflik saja yang ada?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline