Berpolitik dalam kenyataannya memang tidak hanya pelaku politiknya saja yang punya bayang-banyang kepentingan politik.
Rakyat sendiri sebagai pemilih dari golongan kelas apapun meski rakyat biasa, sudah pasti memiliki kepentingan politik untuk para calon yang ikut dalam kontestasi politik.
Meski keberadaan peran politik ketika sudah duduk dikekuasaan, nyatanya rakyat tetap begitu-begitu saja. Makan tetap rakyat harus mencari sendiri-sendiri ujungnya.
Tetapi dalam bayang kontestasi politik sendiri. Tidak lain kepentingan rakyat adalah kepentingan kepuasan cinta kepada pelaku politik, yang ikut dalam kontestasi politikmenjadi calon di pemilihan umum.
Bukankah lahirnya Kampret dan Cebong di inisiasi adanya kontestan politik, dimana sebutan itu merupakan identifikasi dari masing-masing pendukung calon presiden waktu itu di tahun 2014 dan 2019?
Pada saat itu yakni ketika kontestasi politik pilpres 2014 dan 2019 antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo? Dimana pendukung Prabowo dijuluki Kampret dan Jokowi di juluki Cebong?
Saya sempat terheran-heran dengan kedua istilah itu, mungkinkah Jokowi dulu sering dan suka mainan cebong anak-anak kodok yang lucu-lucu?
Sehingga pendukungnya dinamakan Cebong? Ataukah cebong lahir setelah Jokowi melepaskan cebong-cebong di istana Negara saat itu sewaktu menjabat presiden di periode pertama?
Mungkinkah dengan istilah Kampret adalah ungkapan ketidapuasan pendukung Jokowi dibilang Cebong lalu dia balik mengumpat kata "Kampret" pada akhirnya "Kampet" menjadi istilah pendukung Prabowo?
Saya kira dalam peta politik cebong dan kampret haruslah dicatat dalam sejarah politik Indonesia dan dimasukan Wikipedia, sebuah situs internet yang mengulik berbagai informasi yang popular di internet.
Maka dengan segala kekuatan dan fanatisme dukungan politik antara dua kekuatan politik antara kampret dan cebong.