Saya kira akan seperti Farhat Abas yang waktu itu di pilpres 2014 sedang ada dalam masa puncak karirnya sebagai pengacara kondang.
Tidak lain Farhat Abas nyapres hanya untuk popularitas saja, asal nyapres menjadi pembicaraan public, namanya terkenal menaikan pamor bisnisnya sebagai pengacara.
Benar mungkin apa yang di ungkapkan Dr. Tirta yang sedang menjadi buah bibir ikut-ikutan nyapres 2024.
Ini negara demokrasi dimana rakyatnya bebas dipilih dan memilih siapapun, asalkan dia kompeten dan menyalonkan diri sebagai presiden.
Maka Giring, Farhat Abas, dan Dr. Tirta adalah fenomena politik yang sekitika dapat membuat tenar melalui media sosial, yang kini semakin mudah terakses oleh berjuta-juta orang.
Yang penting pasang muka tembok dan jangan malu membuat kontroversi publik. Niscaya sebagai public figure Anda lebih tenar.
Karena itu akan jadi sensasi yang menguntungkan. Setidaknya yang bersangkutan lebih dikenal oleh masyarakat seperti Dr. Tirta saat ini yang menjadi perbicangan public dunia maya.
Entah apapun itu namanya, satire dan segala apa jenisnya. Secara tidak langsung siapapun yang mendeklarasikan diri menjadi calin presiden 2024, siap-siap oleh di hujat publik.
Termasuk Dr. Tirta juga tidak lepas jadi bulan-bulanan netizen adalah pasti. Mengingat dirinya ikut-ikutan stres lalu menyelsaikan solusinya nyapres 2024. Mungkin Dr. Tirta narasinya seperti Farhat Abas dulu di tahun pilpres 2014?
Setelah deklarasi nyapres dan terpampang baliho. Saat itu menjadi bulan-bulanan publik juga, menjadi capres popular di twiter, akhirnya karir sebagai pengacara itu tidak kondang lagi, jarang tampil di televisi dan Farhat Abas kian tenggelam?
Mungkinkah ini cara Dr. Tirta yang sama seperti Farhat Abas menenggelamkan dirinya di balik muka tembok dan resiko bulan-bulanan public setelah ia menginginkan tenar di jagad public mencalonkan presiden?