Ibarat seorang sesepuh dengan kebijaksanaan dalam memaknai hidup yang dibagikan sebagai pengalaman kepada generasi penerus.
Seharusnya Amien Rais dengan kemasyuran kiprah politiknya sudah ada pada tahap tersebut. Menjadi seorang pembawa pelita cahaya untuk pembelajaran hiruk pikuk politik kepada generasi muda Indonesia".
Karena sebagai politikus veteran Amien Rais "mengutip" bahasa agama yakni harus ada upaya untuk moksa. Dalam politik sendiri istilahnya "moksa" politik berarti mengasingkan diri dari hingar-bingar politik memberi kesempatan pada yang lain. Memberi petuah-petuah kebijaksanaan politik seperti umumnya sebagai seorang kesepuhan.
"Karena dalam bayang diri seorang kesepuhan adalah seorang dituakan dalam berpikir, bertindak, dan mampu mengayomi generasi dibawahnya".
Sesekali dalam upaya moksa tersebut ketika dunia perpolitikan genting, ia turut bersuara memberikan wejangan yang mencerahkan bukan mengeruhkan suasana. Disanalah seharusnya simbah Amien Rais berada.
Itupun tidak langsung turut terjun langsung, hanya sebatas titah-titah kebijaksaan orang-orang yang sudah mengalami asam garamnya kehidupan memberi pengetahuan.
Bahwa sesuatu pasti ada kekurangan termasuk hidup manusia. Dan ketika kekurangan-kekurangan kita tidak disadari disitulah sisi-sisi yang akan menjadi kekurangan manusia dimana pun bidang yang sedang digelutinya.
Dalam bab konteks Amien Rais sendiri dikehidupannya yakni kehidupan politik. Sebab dalam berapa jaman ia lalui di kancah dunia perpolitikan Indonesia. Baik hitam maupun putih dalam kisahnya, ia sendiri pasti mengalaminya.
Perseteruan politik yang tidak berujung, kompetisi yang terkadang menghilangkan moral, serta buasnya kekuasaan, pasti siapa-siapa yang terlibat dalam politik pernah melakoni termasuk Amien Rais itu sendiri.
Tidak memandang kemanusiaan hanya yang dipandang kekuasaan. Sudah biasa terjadi di dalam perpolitikan. Karena menurut Friedrich Nietzsche sendiri: kehendak manusia adalah kehendak akan kuasa.