Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Se-Nasib di PHK: Perusahaan Ini Parah PHK 18.000 Ribu Karyawannya

Diperbarui: 1 September 2020   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: impostercity.com

Tepat empat bulan yang lalu saya di PHK. Bagi saya tentu ini adalah sesuatu yang baru dalam hidup saya. Sebelumnya ketika saya keluar dari tempat kerja, tidak pernah diberhentikan di tengah jalan; sebut saja sejenis PHK.

Sejak dulu saya bekerja kalau memang tidak habis kontrak dan tidak mendapat project lagi dari perusahaan, saya pasti keluar dari tempat kerja. Tetapi seringkali saya sengaja keluar dari tempat kerja "perusahaan" karena memang keadaan lingkungan kerja sudah tidak nyaman dihati. Untuk itu sudah biasa saya akhirnya pergi dan mencari tempat kerja baru lagi.

Menapaki jejak kerja, saya memang sudah bertahun-tahun lamanya melakoni aktivitas kerja. Saya mulai menginjak dunia professional kerja saat tahun 2009 bermula dari Jakarta. 

Merantau-merantau kemanapun sampai ke pulau Bali. Akhirnya tahun  2019 lalu ,saya bekerja di kampung halaman saya sendiri di Kabupaten Cilacap.Meski nilai gaji sendiri terbilang kecil sebatas UMK Cilacap yang hanya dua digit JeTe. Saya merasa santai saja. 

Sebab kebutuhan makan dan tempat tinggal ditopang oleh orang tua di kampung. Praktis kebutuhan saya hanya untuk jajan dan menabung sesekali bantu orang tua beli lauk atau bayar tagihan air dan listrik.

Tetapi yang terkadang menjadi ganjalan saya saat ini. Dimana saya sudah mengenal dan dekat wanita yang ingin saya lamar untuk saya per-istri. Di PHK benar-benar pukulan bagi saya.

Karena terus terang melamar wanita ketika tidak bekerja seperti sayur kurang garam menurut persepsi saya. Apalagi dihadapan calon mertua. Jelas saya malu melamar anak orang ketika saya sendiri seorang pengangguran.

Disamping itu saya juga ketika bekerja deket dengan rumah "keluarga" sebenarnya banyak kesempatan lain. Dimana ketika kerja di kampung halaman sendiri dan kebetulan jodohnya juga dekat rumah. Tidak akan LDRan dengan istri dan akan-anak tercinta kelak. 

Sebab saya sendiri sudah enggan merantau sebenarnya lelah di tanah perantauan.Tetapi dengan di PHKnya saya, kesempatan dan mimpi itu bubar semua meski saat ini saya harus bangun mimpi itu dari awal lagi. 

Memang virus corona menghancurkan segalanya. Negara Indonesia juga diambang resesi ekonomi. Dimana terjadi pelambatan aktivitas ekonomi yang membuat lowongan kerja saat ini sulit sekali. Banyak perusahaan gulung tikar atau vakum sementara waktu ini di masa pandemi.

Meskipun bantuan untuk memperbaiki ekonomi Negara dikucurkan belum lama ini. Subsidi untuk para pekerja gaji dibawah 5 juta per-bulan. Sayang sekali saya tidak dapat subsidi tersebut. Karena saya bukanlah pekerja aktif yang masih disetorkan BPJS ketenagakerjaan oleh perusahaan saya sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline