Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Cerita Anak Sekolah Menjadi Alay

Diperbarui: 13 Agustus 2020   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Dokpri

"Seperti saya yang sudah tidak bekerja karena terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) oleh perusahaan tempat bekerja saya dulu. 

Anak-anak sekolah dimasa pandemic covid-19 di Desa pun sama: "bingung" tidak masuk sekolah yang akhirnya lari pada wahana permainan-- salah satunya bermain layang-layang"

Sayangnya saya bukanlah orang yang bisa sama persis seperti mereka yang mempunyai hobi meskipun hanya sekedar bermain layang-layang atau semacamnya.

Entah mengapa dari dalam diri saya, tidak mau seperti mereka meskipun tidak ada kesibukan lain--- lari kepada hobi yang umum untuk sekedar menghilangkan penat sangat dibutuhkan.

Hobi umumnya di sebuah desa tidak jauh adalah aktivitas bermain burung merpati, gantangan burung, merawat tanaman, serta hobi-hobi permainan lain yang sedang menjadi sebuah tren di desa saat ini karena sedang musim kemarau angina bertiup kencang banyak dari mereka bermain layang-layang.

Tetapi meskipun saya sudah tidak tertarik sama sekali dengan hobi-hobi apapun. Saya tetap harus mempunyai kesenangan pada "hobi" saya sendiri untuk dibangun, yang tidak dapat saya tawar sebagai jalan hidup lari dari suatu kebosanan.

Dimana pada saat masa-masa krisi saya kini terpaksa harus menjadi pengangguran, yang tidak padat dengan pekerjaan karena di PHK  dan menyandang profesi sebagai pengangguran total. Sebaiknya saya harus melakukan aktivitas yang dapat terus membuat semangat dalam menjalani hidup.

Apa daya, saya sudah tidak kurang-kurang mencari lowongan kerja dan berharap setiap hari dapat diterima kerja. Maka dari itu tentu saya harus punya hobi. Saya memilih mempunyai hobi mengamati hobi-hobi orang lain.

Mengapa saya tertarik mengamati hobi orang lain adalah sisi pelajaran akan hobi dari orang lain tersebut dapat saya tulis dan membaginya kepada pembaca blog saya di Kompasiana ini yang saat ini menulis di kompasiana dijadikan pelipur lara seorang pengangguran.

Jujur saja saya tidak tahu, mengapa saya lebih suka menghabiskan waktu di ruangan menulis saya dirumah setiap hari. 

Sembari mengamati tetangga, keponakan, serta anak-anak kecil yang tetap bahagia bermain saat mereka tidak sekolah dimasa pandemic covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline