Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Kehendak Melampaui Reproduksi

Diperbarui: 9 Agustus 2020   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: stompoutmalaria.org

"Saat beban dari penafsiran hidup hanya terdiri dari pelbagi dimensi pemenuhan akan kebutuhan disanalah hal yang menyentuh ke- almiahan akan dilampaui oleh manusia tidak terkecuali reproduksi"

Terpana pada lamunan malam itu, seperti teringiang jauh, semua memang serba berandai-andai. Manusia yang sudah harus melepas hanya bisa mengandaikan, andai saja harapan itu ada: "seorang manusia penantang" yang ingin melepas masa lajangnya.

Memang perkara menunggu sampai kapanpun selama seseorang mau menunggu, waktu tidaklah dapat ditentukan, kapan ia akan mengakhiri dalam masa penantianya itu.  

Disadari atau tidak, bila terus menunggu manusia hanya akan bergelut pada penantian tanpa ujung, yang hanya akan menjadi sebuah kesia-sia pada akhirnya.

Namun yang ingin digambarkan serasa memang ingin didekatkan. Jika perempuan digombali lelaki tidak suka, namun diajak serius cenderung bingung, apa kata dari hati lelaki tersebut? Mungkinkah pilihan itu memang sulit untuk dipilih? Sehingga manusia tidak secara cepat dalam menentukan pilihannya sendiri?

Dengan ungkapan lengah sendiri. Dasar dari keberanian adalah niat, yang sebenarnya lahir dari dalam dirinya sendiri, bukan orang lain. Semua lelaki asalkan mereka telah membuat suatu tekad, laksana Gunung pun didaki, Lutan itu disebrangi.

Ini bukan sekedar hanya komedi "omong" yang pada hakekatnya, semua orang bisa bicara, se-menariknya, se-mampunya bahakan sedemikian mempesonanya omongan tersebut. 

Karena semua yang di dasari dari hati dengan niat yang sungguh-sungguh nyatanya memang tidak akan pernah terbagi meskipun tanpa bicara sekalipun.

Nada dari kata-kata: "Gunung akan didaki, Laut akan disebrangi", bukan karya dari penyair perangakai kata paling masyur namanya di dunia. Sebab begitulah adanya lelaki. nalar yang terkadang sudah tidak dapat dinalar lagi. 

Dipikir secara terus-menerus, mungkin ujung dari berpikir muaranya tetap ada pada berpikir kembali tanpa tindakan yang menyudahi--- apa-apa yang membuat kegelisahannya tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline