Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Bijakkah PDIP Memilih Gibran Rakabuming di Pilwalkot Solo?

Diperbarui: 21 Juli 2020   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: tribunnewswiki.com

Mau tidak mau memang harus diterima suatu keputusan itu, bukan--- bukan kita kehabisan seorang tokoh politik mempuni di bidangnya, tidak! Hanya saja untuk menjadi politikus saat ini sangat sulit, walaupun dengan modal kecerdasan yang mempuni sebagai politikus misalnya, tetapi tidak punya modal "uang", tidak akan mengubah apa-apa.

"Tanpa modal Anda tidak akan bisa menjadi calon--- calon dari pemimpin jabatan publik apa-apa meskipun itu hanya setingkat Kepala Desa pimpinan terbawah jabatan publik representasi negara".

Mungkin apa yang menjadi realita kini sebagai manusia yang ingin mulia, harus diterima bahwa Anda anak siapa? Kaya atau tidak? Populer atau tidak? Itulah murninya dari apa yang dinamakan kemuliaan saat ini.

Tanpa disadari dan tidak dapat dipungkiri, abad-21 peranannya sudah menunjukan itu. Apapun yang didalam posisinya menggiurkan ekonomi, akses kekuasaan, serta fasilitas hidup yang menjanjikan, setengah mati akan segera dikejar manusia berapapun biayanya demi wacana suatu kemapanan hidup itu.

Pertanyaannya apakah jabatan publik memberi suatu nilai kemapanan? Tentu ini pertanyaaan yang tidak bodoh dikala bermilyar-milyar uang terus digelontorkan demi mengejarnya. Secara tidak kasat mata dari harga bermilyar-milyar itu, jelas kembali untuk periode hidup tertentu.

Jika memang penjabat publik kini masa jabatnya 10 tahun, ya selama sepuluh tahun itu pasti untung apapun caranya mengambil keuntungan itu, entah dari berbagai proyek pemerintah ataupun dari lain-lainnya berkah dari kekuasaan.

Tidak untung tidak mungkin orang akan berbondong-bondong mengejar jabatan public tertentu itulah teori sederhananya. Se dasar-dasarnya jabatan publik di desa, jika orang punya uang, gila akan kekuasaan, dan kemapanan sudah pasti mencalonkan diri sebagai kepala desa.

Dipikir dengan hasil yang tidak berbanding lurus dengan kampanyenya atau politik uang yang harus dilakukannya, tetap saja kepala desa merupakan posisi yang menarik bagi seseorang yang telah terjun dan mengetahuinya kalkulasi hasil apa yang dapat untuk menjadi keuntungannya.

Di desa saya pinggiran Kabupaten Cilacap juga seperti itu. Mantan Kepala Desa  juga masih berhasrat untuk mencalonkan diri lagi. Marilah kita berpikir dengan suatu logika yang jernih, ditambah abad ke-21 semua bentuk kerja diukur dengan penghasilan akan uang.    

"Sebab janji akan kemuliaan hidup menjadi janji hidup yang harus ditepati oleh siapapun yang sudah mengerti. Dengan uang-uang itu selama ada dan dapat mengganti suatu kemapanan untuk waktu yang lama dan mengahsilkan, saya kira tetap akan dikejar seperti saat ini untuk menjadi prajurit keamanan Negara dan juga keamanan masyarakat, masyarakat umum pada khususnya rela membayar beratus juta bahkan sampai bermilyar-milyar untuk merebut posisi tersebut".

Karena disamping lebel mulia sebagai pegawai negri, akan ada juga jaminan kemuliaan yang ditawarkan, salah satunya adalah kepastian pendapatan, serta jaminan pensiun yang akan didapatkan saat masa tua nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline